Ekonom Ungkap Penyebab Kredit Lambat di Tengah Turunnya Suku Bunga

Ekonom Ungkap Penyebab Kredit Lambat di Tengah Turunnya Suku Bunga

Poin Penting

  • BI Rate turun ke 4,75 persen, namun pertumbuhan kredit masih terbatas di 7,36 persen (yoy) karena kepercayaan konsumen belum pulih sepenuhnya.
  • Bank Danamon optimistis kredit membaik awal 2026 dan berpotensi tumbuh 9–12 persen, didorong libur Nataru, Idulfitri, serta sektor akmamin dan perkebunan sawit.
  • Risiko global dan domestik masih membayangi, seperti kebijakan The Fed, potensi kenaikan NPL, dan pelemahan daya beli masyarakat.

Jakarta – Bank Indonesia (BI) terus menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) dalam beberapa waktu terakhir. Hingga November 2025, BI-Rate tercatat berada di level 4,75 persen, yang merupakan posisi terendah sejak April 2024.

Meski demikian, penyaluran kredit perbankan masih tergolong lambat. Pada periode yang sama, BI mencatat pertumbuhan kredit hanya sebesar 7,36 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). PT Bank Danamon Tbk menilai perbaikan kepercayaan konsumen menjadi faktor kunci untuk mendorong pertumbuhan kredit.

“Kalau kami lihat (perlu) dari perbaikan keyakinan konsumennya dulu. Jadi, kalau konsumennya sudah optimis, kalau kami lihat harusnya nanti demand-nya juga perlahan tumbuh gitu,” kata Hosianna Evalita Situmorang, Economist Bank Danamon, pada Kamis, 27 November 2025.

Baca juga: BI Pertahankan BI Rate 4,75 Persen pada November 2025, Ini Alasannya

Menurut perempuan yang akrab disapa Anna ini, terdapat peluang perbaikan pada awal 2026. Ia optimistis pertumbuhan kredit dapat sejalan dengan target regulator di kisaran 9-12 persen.

“Iya. Harusnya sekarang kan (pertumbuhannya) sudah mendekati ke-8 persen ya. Berarti, harusnya kalau mendekati ke-9 persen, dengan jumlah uang beredar sekarang sudah tumbuh double digit. Pertumbuhan kreditnya bisa dikejar ke arah situ,” tambahnya.

Selain itu, momentum libur nasional pada akhir 2025 dan awal 2026, seperti Natal, Tahun Baru (Nataru), dan Idulfitri, dinilai berpotensi mendorong permintaan pinjaman masyarakat.

Sektor Penopang Kredit 2026

Bank Danamon melihat sejumlah sektor berpeluang menjadi penopang pertumbuhan kredit pada 2026, antara lain sektor akomodasi, makanan dan minuman (akmamin), serta sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit.

Namun demikian, Anna mengingatkan adanya berbagai risiko yang dapat menahan laju penyaluran kredit. Salah satunya berasal dari dinamika ekonomi dan geopolitik global.

“Mungkin yang masih terus kita pantau sih justru dari globalnya transmisi ke domestik. Misalnya kalau The Fed (Bank Sentral AS) nggak jadi cut rate (suku bunga) gitu ya. Itu yang jadi menahan nanti BI jadi lebih sulit untuk cut rate lagi,” paparnya.

Baca juga: Kapan BI Rate Turun? Ini Penjelasan Gubernur BI

Selain faktor eksternal, risiko kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) juga perlu diwaspadai. Per September 2025, BI mencatat rasio NPL bruto berada di kisaran 2,24 persen. Di sisi lain, pelemahan daya beli masyarakat juga dinilai masih menjadi tantangan bagi industri perbankan.

Menurut Anna, sejumlah langkah yang dapat ditempuh pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat antara lain penurunan suku bunga, penciptaan lapangan kerja, serta penyaluran bantuan sosial. Apabila upaya tersebut berjalan efektif, penyaluran kredit perbankan berpeluang kembali terdorong. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Related Posts

News Update

Netizen +62