Jakarta–Ekonom Tony Prasetiantono mengungkapkan, kebijakan pemerintah mengenai penyederhanaan nominal rupiah (redenominasi) masih belum cukup penting. Selain itu, dalam melaksanakan kebijakan tersebut, pemerintah juga harus memperhatikan kondisi perekonomian nasional.
“Redenominasi adalah simplifikasi angka, dipotong tiga. Dan yang diperlukan adalah kondisi ekonomi stabil. Kalau tidak nanti timbulkan respon yang beragam dan negatif,” ungkap Tony di Jakarta, Rabu, 2 Agustus 2017.
Ekonom yang juga menjabat sebagai Komisari PermataBank ini juga menilai, kestabilan ekonomi dibutuhkan untuk menghindari oknum pelaku pasar yang mengambil kesempatan untuk menaikkan harga dari penerapan redenominasi. Hal yang juga dapat berdampak pada kenaikan inflasi.
“Misalnya, saya produsen punya produk dengan harga Rp100 ribu . ketika redenom harusnya harga jadi Ro100, tapi karena saya oportunis saya coba ubah harga dari Rp100 ribu jadi 150. Ini kan bahaya, dapat juga memacu kenaikan inflasi 50 persen,” jelas Tony. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Page: 1 2
Jakarta – Presiden Prabowo Subianto optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai level 8 persen dalam kurun waktu… Read More
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More