Jakarta–Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai, pertumbuhan ekonomi pada triwulan dua 2017 sebesar 5,01 persen secara tahunan (yoy) masih jauh dari ekspektasi. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yang dinilainya masih belum maksimal, salah satunya konsumsi rumah tangga.
“Memang untuk menembus pertumbuhan 5,2 persen (yoy) kelihatannya cukup berat. Hal ini dikarenakan konsumsi rumah tangga yang kinerjanya pada triwulan dua masih di bawah ekspektasi atau hanya tmbuh 4,95 persen. Ini terbilang rendah karena tahun lalu bisa tumbuh 5,07 persen. Padahal konsumsi rumah tangga jadi motor pertumbuhan ekonomi paling utama,” jelas dia saat dihubungi di Jakarta, Senin, 7 Agustus 2017.
Ia menilai kecilnya angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan dua tahun ini juga karena kebijakan Pemerintah yang menyesuaikan harga listrik golongan 900 VA, yang dampaknya dirasakan pada daya beli mulai Januari-Juni.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2017 Capai 5,01%
“Kemudian perlambatan konsumsi juga terjadi pada kelompok masyarakat atas. Mereka menunda konsumsi dan mengalihkan pendapatan ke tabungan. Motifnya lebih ke berjaga-jaga,” tambah Bhima.
Badan Pusat Statistik (BPS)mencatat angka pertumbuhan ekonomi kuartal dua 2017 yang menunjukkan stagnasi dari kuartal satu sebesar 5,01 persen. Bahkan lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016 dengan pertumbuhan sebesar 5,18 persen.
Capaian ini sangat jauh bila mengingat target pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan oleh Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 dan disetujui dalam rapat Paripurna DPR RI sebesar 5,2 persen. (*)
Editor: Paulus Yoga