Ekonom Nilai Resesi Global Tidak Terlalu Berdampak Pada Perbankan RI

Ekonom Nilai Resesi Global Tidak Terlalu Berdampak Pada Perbankan RI

Jakarta – Tingginya ketidakpastian pada ekonomi dunia mulai mengarah pada meningkatnya potensi resesi global. Menanggapi hal ini, Head of Trading Treasury & Market DBS Bank, Ronny Setiawan mengungkapkan bahwa risiko resesi global tidak akan terlalu berpengaruh pada ekonomi dan perbankan di Indonesia.

“Menurut kami, ekonomi Indonesia lebih domestic driven daripada ekspor, jika resesi datang dari US atau China, impact ke local domestic market akan lebih sedikit,” jelas Ronny saat menjawab pertanyaan media, Selasa, 26 Juli 2022.

Ia menyebut, tren perbaikan ekonomi domestik saat ini akan membawa perbankan ke arah yang lebih sehat. Hal ini dikarenakan kualitas aset perbankan seperti kredit yang sempat macet bisa kembali membaik dengan aktivitas ekonomi yang berjalan.

Bank Indonesia (BI) mencatat, kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Juni 2022 tercatat sebesar Rp6.156,2 triliun, atau mengalami pertumbuhan sebesar 10,3% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat mencapai 8,7% yoy.

Peningkatan pertumbuhan kredit terjadi baik pada golongan debitur korporasi maupun perorangan. Kredit kepada korporasi meningkat dari 9,7% pada Mei 2022 menjadi 12,5% (yoy) pada bulan laporan. Sementara itu, kredit kepada perorangan tumbuh 9,4% (yoy), meningkat dari 9,0%(yoy) pada bulan sebelumnya.

“Dari data, aset juga mulai growing dari sekitar 5% sekarang ke 10%-11%. Demand dari aset itu sebenarnya sudah mulai kembali. Banking sector di Indonesia juga sangat berkorelasi dengan asset growth and quality of the asset, atau loan growth. Sistem perbankan kita memang memiliki struktur yang berbeda dari developed market lainnya,” jelas Ronny.

Lebih jauh, Ekonom Senior Bank DBS Radhika Rao memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia di 2022 akan berada pada rentang 4,8% – 5,2%. Ia mengungkapkan proyeksi ini sudah mempertimbangkan beberapa faktor.

Adapun faktor-faktor pertumbuhan tersebut yaitu, tingkat ekspor yang tetap kuat, sikap BI dalam mempertahankan suku bunga acuan rendah, dukungan kebijakan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menguatnya konsumsi masyarakat dengan tingkat Covid-19 yang terkendali. (*)

Related Posts

News Update

Top News