Ekonom Mandiri Konsisten Perkirakan Cadev RI Capai USD155 Miliar di 2023

Ekonom Mandiri Konsisten Perkirakan Cadev RI Capai USD155 Miliar di 2023

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Juni 2023 menurun USD1,8 miliar atau menjadi USD137,5 miliar. Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman memperkirakan cadev RI akan berjumlah sekitar USD135 miliar – USD155 miliar pada akhir tahun 2023.

“Menurut analisis kami, diantisipasi bahwa cadangan devisa akan bertahan pada tingkat yang memuaskan. Sesuai proyeksi kami, kami menjunjung tinggi perkiraan bahwa cadev akan berjumlah sekitar USD135 – USD155 miliar pada akhir tahun 2023,” ujar Faisal dalam keterangan tertulis, Jumat 7 Juli 2023.

Menurutnya, hal ini berpotensi meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap USD di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

“Kami memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap USD akan menetap di sekitar Rp14.864 per USD pada akhir tahun 2023, dibandingkan Rp15.568 pada tahun 2022,” kata Faisal.

Baca juga: Cadangan Devisa RI Turun USD1,8 Miliar jadi Tinggal Segini

Meski demikian, pihaknya terus mengantisipasi pergeseran neraca transaksi berjalan menuju defisit terkendali sekitar -0,65% PDB pada 2023, dibandingkan surplus 0,99% PDB pada 2022. Namun, defisit yang diproyeksikan tetap terkendali karena lebih rendah dari 3% dari ambang batas PDB. Hal ini menunjukkan bahwa neraca transaksi berjalan tetap dalam kondisi yang kuat.

“Penurunan CA terutama disebabkan oleh moderasi pertumbuhan ekspor, didorong oleh berkurangnya harga komoditas akibat melemahnya permintaan global di tengah tekanan inflasi yang terus-menerus dan kenaikan suku bunga kebijakan yang sedang berlangsung,” ungkapnya.

Sementara itu, impor berpotensi menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dibandingkan ekspor sebagai dampak dari berlanjutnya pemulihan permintaan, didukung oleh mobilitas yang membaik dan penurunan inflasi yang terus-menerus.

Selain itu, potensi risiko yang timbul dari sikap moneter yang lebih hawkish dari bank sentral dunia di tengah inflasi global yang persisten, dapat meningkatkan ketidakpastian dan memicu sentimen penghindaran risiko di pasar portofolio. Dengan demikian, hal itu dapat menimbulkan hambatan bagi arus masuk modal ke pasar obligasi dan saham.

Namun, kabar baiknya adalah bahwa tingkat inflasi tahunan terus mereda ke level terendah 14 bulan di 3,52% yoy pada Juni 2023, kembali ke dalam kisaran target 2% – 4% untuk bulan kedua berturut-turut.

“Hal ini dapat memastikan terjaganya spread yang menguntungkan antara suku bunga nominal dan tingkat inflasi, sehingga instrumen keuangan Indonesia tampak relatif lebih menarik dibandingkan dengan instrumen keuangan negara lain, sehingga menarik arus masuk modal sampai tingkat tertentu,” imbuh Faisal.

Baca juga: Potensi Pendapatan Negara dari Pajak Natura Masih ‘Abu-Abu’

Di sisi lain, pola musiman peningkatan pembayaran dividen dan kupon investasi portofolio kepada nonresiden di kuartal II 2023 juga mulai mereda, sehingga mengurangi tekanan pada kondisi cadangan devisa.

Kemudian, dedikasi pemerintah yang konsisten untuk mempromosikan hilirisasi sumber daya alam dapat menarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia.

“Selain itu, inisiatif untuk menjaga pendapatan ekspor dari sumber daya alam, seperti pemanfaatan deposito berjangka valas (TD) yang disediakan oleh Bank Indonesia, merupakan salah satu langkah untuk mencegah pengalihan aset ke penempatan luar negeri,” terangnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News