Jakarta – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berlanjut. Apalagi baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan tarif impor. Kebijakan ini memiliki efek domino yang besar terhadap perekononomian global, termasuk dalam negeri.
Untuk menghadapi efek yang ditimbulkan dari perang dagang, sejumlah ekonom mengambil ilmu Soemitro Djojohadikoesoemo, ekonom terkemuka pada masanya. Gagasan Soemitro di bidang ini, kerap disebut dengan istilah “Soeimitronomic”.
Menurut Fachrul Fulvian, Chief Economist Trimegah Sekuritas Indonesia sekaligus Chairman of Indonesia Roundtable of Young Economists (INRY), gagasan Soemitro bisa membantu Indonesia untuk menghadapi situasi ini adalah dengan melangsungkan kebijakan industrial.
“Urgensi untuk Indonesia meng-apply industrial policy itu jadi semakin penting. Kita harus punya industri unggulan setelah ini,” ujar Fahcrul di sela-sela acara Soemitro Economic Forum pada Rabu, 4 Juni 2025.
Baca juga: Stimulus Ekonomi Dinilai Perlu Sasar Kelas Menengah, Ini Alasannya
Fachrul berujar, Indonesia bisa memanfaatkan produk mineral seperti nikel atau tembaga yang selalu dibutuhkan oleh negara lain. Pemerintah dinilai perlu mempercepat hilirisasi kedua hasil tambang ini supaya bisa bertahan di tengah perang dagang.
Lebih lanjut, perang dagang 2.0 ini seakan menjadi alarm bagi pemangku kebijakan untuk bergerak cepat. Fachrul berharap, di tengah situasi yang pelik ini, para stakeholders bisa menciptakan kebijakan yang tepat.
“Mungkin, salah satu credo yang ekonom populer selalu bilang, biasanya memang good policy datang ketika tertekan. Ketika adanya tekanan sekarang, mudah-mudahan good policy itu bisa datang,” jelas Fachrul.
Tidak sedikit pula anggapan kalau sejatinya, perang dagang ini tidak perlu terjadi jika Presiden Trump berpikir lebih jernih dan tidak berfokus untuk membesarkan negaranya sendiri.
Seperti diketahui, perang dagang terjadi karena kebijakan proteksionisme yang diterapkan Trump untuk AS.
Sementara, menurut Rocky Gerung, pengamat kebijakan politik, Soemitro mengajarkan murid-muridnya kalau ekonomi itu ada untuk kepentingan bersama.
“Yang kita sebut trade war itu adalah keinginan untuk memproteksi. Ada yang disebut patriotisme, yang bikin AS lebih besar lagi. Padahal, Pak Mitro menganggap bahwa ekonomi itu adalah kehidupan bersama, bukan kepentingan individu,” ujar Rocky, yang juga hadir dalam acara Soemitro Economic Forum.
Kata Rocky, Trump telah menggunakan kekuasaannya untuk membatasi akses perekonomian negara lain ke negeri Paman Sam. Inilah yang menjadikan perekonomian global menjadi carut marut.
Baca juga: Sri Mulyani Kucurkan Rp24,44 Triliun untuk Stimulus Ekonomi Juni-Juli 2025
Sementara, Harryadin Mahardika, filantropis yang merupakan advisor dari Inry, berpendapat kalau kebijaksanaan Soemitro menjadi penting untuk menghadapi kondisi yang penuh ketidakpastian. Pemimpin yang baik tidak bisa hanya bergantung kepada teori atau peraturan yang ada.
“Kalau hanya kebijakan ekonomi, kadang-kadang kita akan terbatas dan terikat dengan aturan-aturan, teori-teori, dan juga mungkin peraturan-peraturan yang sudah ada sebelumnya. Tapi, Pak Soemitro mengatakan, bahwa sebagai pemimpin itu harus berani juga melakukan kebijaksanaan,” tegas Harryadin.
Menurutnya, kebijakan dan kebijaksanaan itu harus terus dijaga. Harapannya, ketika dibutuhkan, pemimpin itu harus bisa memberikan penilaian yang tepat. Semua itu dilakukan dan tujuannya tentu saja untuk kemakmuran rakyat. (*) Mohammad Adrianto Sukarso









