Kendati begitu, kata dia, jika kebijakan Donald Trump yang lebih proteksionis benar-benar diterapkan, maka ada potensi The Fed untuk menaikkan suku bunganya di akhir tahun. Akan tetapi, melihat kondisi saat ini, dirinya meyakini, The Fed baru akan menaikkan suku bunganya pada pertengahan 2017 mendatang.
“Tapi dalam jangka panjang atau medium term, pertengahan 2017 mungkin The Fed harus naikkan. Karena kalau Trump lakukan ekspansi fiskal, dia akan membuat defisit anggaran di Amerika akan naik. Kalau naik, itu harus ditutup dengan obligasi, mirip seperti kita,” ucap Chatib yang kini sebagai pengamat ekonomi.
Baca juga: Efek Donald Trump, BI dan Kemenkeu Harus Jaga Kondisi Pasar
Sementara itu, Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia juga harus merespon kebijakan The Fed tersebut melalui kebijakan moneternya. Dia menilai, untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-day Repo Rate, BI harus melihat kondisi laju inflasi terlebih dahulu.
“Satu, inflasinya rendah atau tidak, kedua, tren di Amerika, kalau tren di Amerika naikknya cukup drastis, mungkin Bank Indonesia perlu hold. Saya kira kalau sekarang masih ada ruang, jadi sepertinya BI tidak akan cut dulu,” tutupnya. (*)
Page: 1 2
Jakarta – Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) baru saja menghelat Securities Crowdfunding Day 2024.… Read More
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More
Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp158,60… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas melaksanakan langkah-langkah pengawasan secara ketat terhadap PT… Read More