oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Asia hari Kamis 21 Januari 2016 kembali ditutup melemah setelah pelaku pasar khususnya di China tidak melihat state guided entities di China (disebut sebagai national team) melakukan pembelian saham. Indeks Nikkei turun 2,43%, Hang Seng turun 1,82%, Shanghai Composite turun 3,23%, CSI 300 index turun 2,93%, Kospi Korsel turun 0,27% dan Singapore STI turun 1,06%. Sementara pasar Eropa ditutup menguat setelah presiden ECB Mario Draghi memberi sinyal bahwa tambahan stimulus untuk mempercepat pemulihan ekonomi zona Eropa sedang dipertimbangkan. FTSE 100 Inggris naik 1,77%, DAX Jerman naik 1,94%, CAC 40 Prancis naik 1,97% dan IBEX 35 Spanyol naik 1,97%. Sementara pasar ekuitas US juga ditutup menguat setelah harga minyak rebound. DJIA naik 0,74%, S&P 500 index naik 0,52%, dan NASDAQ composite naik tipis 0,01%. Pagi ini pasar Asia dibuka menguat. Nikkei naik 3,45% dan Kospi Korsel naik 1,78% (07.55 WIB).
Gubernur BOJ kemarin menyatakan bahwa fundamental ekonomi Jepang cukup kuat, dan harga-harga mulai stabil dan cenderung membaik. Pernyataan ini direspons negatif oleh pelaku pasar yang mengharapkan tambahan stimulus dari Otoritas Jepang. Terlebih pelaku pasar melihat Yen yang kuat terhadap USD membuat eknomi Jepang kurang kompetitif dan memerlukan tambahan stimulus. Namun demikian pagi ini diberitakan bahwa BOJ akan melakukan apa yang disebut sebagai “policy adjustment without hesitation” untuk meng-counter dampak penurunan harga minyak dan untuk mencapai target inflasi 2%. Pasar saham Jepang merespons positif pagi ini.
Sementara salah satu pejabat Pemerintah China di konferensi global di Davos kemarin menyebutkan bahwa dunia harus siap dengan gejolak pasar saham China. Investor menginterpretasikan hal ini sebagai pernyataan bahwa Pemerintah China akan semakin mengurangi intervensi pasar saham. Sementara itu, PBOC dilaporkan melakukan injeksi likuiditas besar-besaran ke sistem keuangan China. PBOC menawarkan pinjaman jangka pendek sebesar total 400 miliar Yuan (USD60 miliar) melalui fasilitas reverse repo.
Dalam konferensi pers di Frankfurt kemarin, Mario Draghi menyebutkan bahwa ECB dapat mempertimbangkan tambahan stimulus dalam meeting di bulan Maret. Draghi menekankan bahwa ECB tidak memiliki limit besaran dan cakupan instrument yang dapat digunakan untuk mencapai mandatnya yaitu inflasi yang stabil sedikit di bawah 2%. Jatuhnya harga minyak dan pelambatan di Negara berkembang tampaknya memerlukan rekalibrasi terhadap kebijakan ECB dalam waktu dekat. ECB mencemaskan jatuhnya harga minyak akan menciptakan second round effect terhadap harga barang sehingga berpotensi memicu deflasi.
Jatuhnya harga saham di US belakangan ini ditengarai juga disebabkan oleh margin call dan algoritma high-frequency trading (HFT). Terkait margin call, apabila harga saham terus turun, maka investor yang membeli saham melalui fasilitas margin dari broker harus melakukan top up atau cut lost dengan menjual saham pada harga rendah. Aksi ini semakin membuat harga saham turun (downward spiral). Sementara HFT yang saat ini menguasai pasar saham US mendeteksi aksi jual saham oleh investor melalui algoritma dan segera menempatkan order jual kemudian yang memicu harga terus turun, dan membeli di harga rendah (bottom fishing) untuk menutup transaksi jualnya. Kedua hal ini selain faktor fundamental dan juga interrelasi dengan bursa lain telah membuat bursa saham US turun 8,5% – 10,7% year to date.
Masih dari US data initial jobless claim naik 10.000 ke level 293.000 untuk 7 hari yang berakhir 16 Januari 2016. Level ini adalah level tertinggi sejak Juli tahun lalu. Tampaknya lay off tenaga kerja di US mulai sedikit meningkat terutama pascalibur akhir tahun dan tahun baru. Data rata-rata initial jobless claim 4 minggu terakhir juga menunjukkan peningkatan 6.500 ke level 285.000 tertinggi sejak April 2015. Meskipun demikian initial jobless claim masih di level yang rendah.
Harga minyak kemarin ditutup naik karena dua isu yaitu yang pertama laporan Energy Information Administration yang menyebutkan bahwa US crude inventories naik 4 juta barrel minggu lalu. Jumlah ini lebih rendah dari yang dilaporkan American Petroleum Institute sehari sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 4,6 juta barrel. Isu kedua terkait diserangnya fasilitas minyak Libya oleh ISIS. WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret naik USD1,18 (4,2%) ke level USD29,53 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Maret naik USD1,37 (4,9%) ke level USD29,25 per barrel.
Yield UST naik setelah investor di Eropa dan US kembali membeli saham. UST 10 year naik 4 bps ke level 2,02%, sementara UST 30 year naik 5 bps ke level 2,82%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 25 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 4 bps ke level 0,38%. Turunnya yield (naiknya harga) German bund karena investor mengantisipasi tambahan stimulus oleh ECB dengan pernyataan Draghi kemarin.
Pasar SUN menguat, yield SUN tenor 10 tahun turun 8 bps ke level 8,51%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 23 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. Investor masih membeli SUN/SBN karena potensi turunnya suku bunga dan rendahnya inflasi di Indonesia. IHSG pada penutupan kemarin turun 13,86 poin (0,31%) ke level 4.414,12. Pasar saham Indonesia sepanjang hari kemarin diperdagangkan di teritori positif sepanjang sesi I, namun tak kuasa menahan kejatuhan mengikuti jatuhnya saham regional di sesi II. Namun penurunan IHSG masih relatif lebih baik dibandingkan pasar saham Asia lainnya. Year to date IHSG membukukan penurunan indeks sebesar 3,9% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net sell sebesar Rp110,2 miliar sehingga year to date asing telah membukukan net sell sebesar Rp3,80 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp57 ke level Rp13.907 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M menguat Rp119 ke level Rp13.969. Persepsi risiko meningkat, CDS spread 5Y naik 3 bps ke level 260.
Secara umum sentimen pasar kemarin khususnya investor Asia cenderung negatif akibat kurangnya aksi nyata di China dan Jepang. Namun demikian berita yang muncul belakangan yaitu pernyataan dovish Mario Draghi yang siap untuk menambah stimulus, dan juga pernyataan Bank of Japan pagi ini diperkirakan akan membuat pasar positif hari ini. (*)