Jakarta – PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) menyatakan, peningkatan konsumsi minyak nabati di Asia dan Afrika saat pemberlakuan moratorium lahan kelapa sawit diyakini akan mendorong kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO).
Direktur PT Eagle High Plantations Tbk, Henderi Djunaidi mengungkapkan bahwa, pola penurunan harga CPO hanya bersifat temporer, lantaran industri komoditas masuk ke dalam kategori bisnis jangka panjang yang tentunya mengalami fluktuasi harga.
“Sebenarnya basis bisnis kami ini komoditas yang sifatnya long-term, sehingga menjadi hal yang biasa jika terjadi volatile di tengah perjalanan. Akan tetapi jika ditarik garis lurus jangka panjang, tren harga CPO terus mengalami kenaikan,” kata dia di Jakarta, Jumat, 26 Juli 2019.
Henderi juga bilang kalau pertumbuhan jumlah populasi dan peningkatan konsumsi CPO di benua Asia dan Afrika diyakini akan mendorong kenaikan harga. “Ditambah lagi, kebijakan pemerintah yang melakukan moratorium sudah efektif, sehingga supply akan terbatas,” imbuhnya .
Dikatakan dia, rencana implementasi B20 menjadi B30 juga menjadi aspek tambahan yang akan meningkatkan harga CPO. “Makanya, kami ada rencana membangun dua pabrik di Kalimantan Timur. Sekarang sedang mengurus perizinan,” imbuhnya.
Saat ini, perseroan memiliki lahan seluar 140 ribu hektar dan tidak ada rencana manambah luasan lahan. “Adanya moratorium, maka fokus kami saat ini adalah mengelola tanaman yang ada. Kami harus bisa bertahan hidup dengan memaksimalkan produksi,” tambah Direktur BWPT, Gelora Sinuraya pada kesempatan yang sama.
Selain itu, konsentrasi mengelola keuangan dan operasional perkebunan secara efektif dan efisien serta mengoptimalkan sumber daya manusia yang berorientasi pada peningkatan produktivitas. “Tanaman sawit kami masih muda, sedangkan perusahaan lain memiliki pohon yang berusia mencapai 18 tahun,” papar Gelora Sinuraya.
Informasi saja, pada Kuartal I-2019, produksi tandan buah segar (TBS), CPO dan pabrik kelapa sawit (PK) masing-masing meningkat 40 persen (year-on-year), 33 persen dan 25 persen menjadi 359,966 ton, 74,718 ton dan 11,431 ton.
Seementara pendapatan BWPT pada Kuartal I-2019 tercatat senilai Rp637,99 miliar atau meningkat 1 persen (yoy), seiring dengan penurunan harga yang cukup tajam, sehingga perseroan masih membukukan rugi bersih sebesar Rp262 miliar. (*)