Bali – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan, dunia tengah menghadapi risiko kerawanan pangan (food insecurity) akibatnya meroketnya harga energi dan pangan. Rumah tangga termiskin di negara-negara termiskin menjadi yang paling terdampak dan rentan.
Rumah tangga miskin dipaksa menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk makanan, dan harus membuat pilihan toko untuk belanja. Sedangkan negara berpenghasilan rendah harus menghadapi kendala fiskal untuk mengimpor pupuk dan makanan yang cukup demi menyediakan keamanan sosial paling dasar untuk warganya.
“Hal-hal itu menghambat pembangunan dan merusak upaya pengetasan kemiskinan. Kita harus mengambil tindakan untuk mengatasi krisis kerawanan pangan jangka pendek, sekaligus pendorong kerawanan pangan jangka panjang, termasuk perubahan iklim. Kecepatan dan kebijaksanaan keputusan kita akan membuat perbedaan, apakah kita bisa memastikan krisis di bawah kontrol. Apakah ke 20 negara (G20) bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan melindungi keluarga rentan dari ancaman kelaparan hari ini dan besok,” terang Yellen di Nusa Dua, Bali, Jumat, 15 Juli 2022.
Yellen menyarankan tiga upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko kerawanan pangan. Pertama, menurutnya 20 negara harus memberi contoh dan mengajak negara-negara lain untuk menghindari respon kebijakan yang kontraproduktif, seperti pembatasan ekspor dan penimpunan yang mendistorsi pasar dan harga.
Pemerintah harus menujukan respon fiskal kepada mereka yang paling membutuhkan. Memanfaatkan digitalisasi untuk memberikan dukungan yang tepat bagi rumah tangga yang rentan, dibandingkan memberikan subsisi menyeluruh yang regresif dan mahal.
Kedua, harus memanfaatkan ketahanan pangan dan arsitektur pertanian yang ada secara maksimal. Semua instutusi harus bisa memainkan peran. Ketiga, G20 harus mengambil langkah untuk memberikan bantuan finansial.
“Untuk bagian kami, Amerika sudah mengumumkan bulan lalu bahwa kami memberikan lagi USD2,6 miliar untuk mengatasi food insecurity, kami komitmen kasih lagi 2,6 bilion untuk tackling food insecurity. Kami sudah memberikan USD2,8 miliar sejak invasi Rusia ke Ukraina,” terang Yellen. (*) Ari Astriawan