Jakarta – Para seniman, pembuat film, penulis hingga pekerja budaya global mengumumkan aksi boikot terhadap Jerman yang dituding telah menekan kebebasan berekspresi, khususnya ekspresi solidaritas Palestina.
Selain itu, mereka juga menyerukan kepada para kreatif industri di negara tersebut untuk mundur dari kolaborasi dengan asosiasi yang didanai negara Jerman.
Penolakan dalam bentuk kampanye yang diluncurkan pekan ini, mendapat dukungan dari pemenang hadiah Nobel Sastra Annie Ernaux, penyair dan aktivis Palestina Mohammed El-Kurd.
Baca juga: Dampak Aksi Boikot Produk Pro Israel, Bos McDonald’s Ngeluh Bisnisnya di Timur Tengah Lesu
Adapun, artis lain yang terlibat adalah aktris Amerika, Indya Moore, pemenang British Turner Prize Tai Shani, dan penyanyi rock alternatif Lebanon Hamed Sinno dari grup populer Mashrou’ Leila.
“Pada saat warga Palestina dibantai oleh tentara yang didukung Jerman dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan pada saat meningkatnya totalitarianisme di lembaga-lembaga Jerman, kini menjadi lebih penting lagi bagi orang-orang baik untuk menolak rasisme anti-Palestina secara tegas dan terbuka. dan memboikot organisasi yang menyebarkan atau menutupi rasisme tersebut,” kata Aktivis Palestina El-Kurd, dinukil Al Jazeera, dikutip 12 Januari 2024.
Ia mengatakan, tidak akan ada keadaan seperti biasa selama genosida Israel terjadi di Palestina. “Tidak akan ada kolaborasi dengan mereka yang menyangkal, atau mengambil bagian dalam kampanye genosida Israel yang saat ini dilakukan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza yang terkepung. Itu adalah tanggung jawab moral kami,” tegasnya.
Sementara itu, dilaporkan Strike Germany, protes ini merupakan respons terhadap serangan brutal Israel yang terus berlanjut di Gaza yang sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 23.000 warga Palestina, hampir 10.000 di antaranya adalah anak-anak.
Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian terhadap dugaan tindakan keras Jerman terhadap advokasi pro-Palestina, yang telah banyak diberitakan di tengah meningkatnya konflik Israel-Palestina.
Baca juga: Tewaskan Komandan Militan, Hizbullah Serang Balik Pangkalan Militer Israel
Menariknya, jika para seniman terus melakukan protes tersebut maka acara kebudayaan Jerman seperti Festival Film Berlin yang akan datang, serta asosiasi seperti Goethe-Institut, dan museum seperti Gropius Bau akan terkena dampaknya.
“Pemogokan dan boikot seringkali efektif dalam mendorong perubahan politik,” kata Phillip Ayoub, seorang profesor ilmu politik di University College London, kepada Al Jazeera.
“Mereka mengganggu struktur kekuasaan yang ada, dan jika dilakukan secara efektif, mereka akan memobilisasi dukungan publik. Minimal, mereka meningkatkan kesadaran mengenai masalah-masalah sosial dan memperkuat suara mereka yang melakukan advokasi atas nama merekamereka,” ungkapnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra