Jakarta – UOB berkomitmen untuk mencapai nol bersih pada tahun 2050. Hal tersebut memperkuat tujuan UOB untuk mendukung transisi yang memajukan pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan seiring dengan dekarbonisasi di Asia Tenggara.
Deputy Chairman dan Chief Executive Officer UOB, Wee Ee Cheong mengatakan, di Asia Tenggara, target nol bersih yang telah ditetapkan harus berjalan beriringan dengan transisi yang teratur dan inklusif untuk mempertimbangkan tantangan sosial ekonomi. Bahkan saat mengurangi jejak karbon, perusahan juga harus memastikan bahwa kehidupan dan mata pencaharian masyarakat dapat terus membaik.
“Menyeimbangkan pertumbuhan dengan tanggung jawab dalam upaya mencapai nol bersih adalah hal yang penting. Target kami ini memang ambisius, namun realistis, dan juga memenuhi tujuan global nol bersih untuk ASEAN,” ucap Wee Ee Cheong dalam keterangannya di Jakarta, 7 November 2022.
Komitmen UOB meliputi enam sektor yang mencakup sekitar 60 persen dari portofolio pinjaman korporasinya. Keenam sektor tersebut adalah listrik, otomotif, minyak dan gas, yang merupakan bagian dari rantai nilai energi, serta real estate, konstruksi, dan baja, yang merupakan bagian dari rantai nilai lingkungan yang dibangun.
Sebagai bagian dari agenda berkelanjutan Indonesia, jalan menuju emisi nol bersih memerlukan pendanaan transisi yang sangat besar. Oleh karena itu, peran sektor swasta serta pemerintah dan institusi keuangan merupakan kunci dalam mempercepat implementasi sistem energi karbon rendah.
Presiden Direktur UOB Indonesia, Hendra Gunawan, juga menyatakan bahwa selaras dengan komitmen jangka panjang UOB Group, UOB terus memadukan prinsip-prinsip ESG kepada rencana dan strategi bisnis perusahaan.
“Di UOB Indonesia, kami mendukung nasabah dalam transisi menuju perekonomian karbon rendah guna mendukung target pemerintah mengurangi emisi dan menjalankan strategi ketangguhan iklim, yang mencakup aspirasi untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat dari itu,” ujar Hendra dalam kesempatan yang sama.
Lanjut dia, dengan jaringan dan konektivitas regional UOB yang kuat, perusahaan berharap dapat membantu menghubungkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia seiring dengan upaya perusahaan dalam berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi hijau Indonesia yang berkelanjutan.
Selain itu, UOB berkomitmen untuk tidak lagi terlibat dalam pembiayaan untuk sektor batu bara termal pada tahun 2039.
Hal ini lebih penting daripada larangan yang ada terkait pembiayaan proyek baru greenfield atau perluasan pembangkit listrik tenaga batu bara dan tambang batu bara termal.
Adapun, UOB terus mengintegrasikan rencana nol bersih ke dalam strategi bisnis perusahaan dan akan meningkatkan upaya dalam menjalin kerja sama dengan nasabah dan pemangku kepentingan lainnya menuju dekarbonisasi.
UOB juga akan melakukan pelaporan tahunan untuk melacak kemajuan terhadap komitmen nol bersih perusahaan. Seiring waktu, UOB akan memperluas cakupan target untuk memasukkan sektor tambahan seiring dengan tersedianya data dan skenario iklim. (*) Khoirifa