Jakarta – PT BRI Multifinance Indonesiab(BRI Finance) sudah mempersiapkan berbagai strategi untuk memperdalam penetrasi pasar pembiayaan kendaraan listrik tahun ini, di antaranya pembiayaan dengan skema business to business (B2B) maupun business to consumer (B2C).
Direktur Utama BRI Finance Azizatun Azhimah mengatakan selain untuk memperbesar pasar perseroan secara keseluruhan, langkah tersebut juga merupakan komitmen BRI Finance sebagai perusahaan anak BRI untuk mendukung program akselerasi penggunaan kendaraan listrik yang dicanangkan pemerintah.
“Sebagai bagian dari BRI Group, ini menjadi komitmen dan dukungan nyata BRI Group dalam melakukan percepatan ekosistem kendaraan listrik guna mewujudkan aspirasi pemerintah yaitu Net Zero Emission pada 2060, baik melalui pembiayaan untuk B2B maupun skema B2C,” ujar Azizatun dikutip Senin, 20 Maret 2023.
Terkait skema pembiayaan B2B, Bank BRI memiliki skema B2B kepada perusahaan manufaktur yang memproduksi mobil atau sepeda motor listrik. Adapun untuk skema B2C, BRI Group memiliki tiga jenis skema pembiayaan yang dapat diakses nasabah untuk membeli kendaraan listrik.
Pertama, pembiayaan untuk karyawan yang memiliki penghasilan tetap untuk pembelian kendaraan listrik baik mobil maupun sepeda motor melalui penawaran suku bunga kompetitif, bebas biaya administrasi dan provisi.
“Kemudian kedua, program pembiayaan kredit kepemilikan kendaraan bermotor dengan uang muka (down payment/DP) mulai 0%, dan tingkat bunga yang kompetitif. Serta ketiga pembelian sepeda motor listrik mneggunakan kart kredit dan bisa dicicil,” lanjut Azizah.
Azizah pun mengatakan bahwa BRI Finance telah memiliki dan memasarkan beberapa produk pembiayaan kendaraan listrik sejak tahun lalu. Salah satunya pembiayaan kepada instansi-instansi yang membutuhkan pembiayaan dan pengadaan kendaraan listrik, baik mobil maupun kendaraan roda dua. Upaya strategis dari BRI Finance itu mengacu pada pertumbuhan kendaraan listrik yang terus meningkat.
Sebagai informasi, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat di tahun 2022 lalu penjualan mobil listrik berbasis baterai mencapai 10.327 unit, tumbuh sekitar 1.400% dari tahun 2021 yang hanya 687 unit.
Sementara itu, untuk melihat perkembangan pasar sepeda motor listrik bisa mengacu pada Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan. Di mana sekitar 35.000 unit lebih sepeda motor listrik sudah digunakan masyarakat hingga akhir tahun 2022.
Oleh karena itu menurut Azizah, tren penjualan kendaraan listrik berbasis baterai akan kembali bergairah tahun ini seiring dengan kondisi ekonomi yang bergeliat. Hal itu diiringi pula kebijakan pemerintah yang akan mendongkrak penjualan kendaraan listrik berbasis baterai, di antaranya, Instruksi Presiden (Impres) Nomor 7 Tahun 2022 terkait Percepatan Penggunaan Kendaraan Listrik Berbasis Baterai di Instansi Pemerintah Pusat Maupun Daerah yang diundangkan tanggal 13 September 2022. Melalui Inpres ini, instansi pemerintah pusat hingga daerah diwajibkan menggunakan kendaraan listrik berbasis baterai sebagai kendaraan dinas operasional atau kendaraan perorangan dinas.
“Jadi kami siap mendukung impian kita bersama untuk menjadikan bumi in lebih sejuk dan lebih hijau di Indonesia. Pemerintah maupun pelaku usaha sudah memiliki langkah strategis masing-masing dalam rangka peningkatan penggunaan kendaraan listrik. Oleh karena itu kami berharap pasar akan menyambut dengan positif,” tutup Azizah. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra