Pada tahun 2016, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sempat membaik jadi 5,01 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 4,96 persen. Namun demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang semester satu tahun ini, konsumsi rumah tangga baru tumbuh 4,94 persen. Padahal boom sektor komoditas sendiri sempat mendongkrak pertumbuhan konsumsi hingga 5,49 persen pada 2012.
Sedangkan berdasarkan Indeks Ekspektasi Usaha per Pengeluaran yang dirilis Bank Indonesia pada Juli 2017, terlihat ekspektasi pengeluaran segmen masyarakat menengah ke atas (penghasilan di atas Rp5 juta) menurun dengan posisi indeks anjlok dari 136.1 di bulan sebelumnya menjadi 130.1.
Baca juga: Mendag Tampik Daya Beli Lesu
“Kelas menengah ke atas ekspektasi pengeluaran 6 bulan ke depan turun. Ada kekhawatiran ekonomi kurang begitu bagus,” ujar Bhima.
Hal tersebut, imbuhnya berbanding lurus dengan kenaikan simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) perbankan sebesar 10,30 persen secara setahunan di Juni 2017. Padahal tren pertumbuhan DPK perbankan biasanya tak sampai double digit. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai DPK perbankan mencapai Rp5.045,99 triliun di semester satu tahun ini. Hal ini, tegas Bhima menunjukkan masyarakat kelas menengah atas menahan konsumsinya. (*)
Editor: Paulus Yoga