TAHUN 2024 masih diwarnai ketidakpastian dan pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat. Kalaupun pemilihan presiden berjalan aman atau ketegangan geopolitik mereda dan kebijakan moneter bank-bank sentral dunia melonggar, masih ada ancaman yang terus datang dari dua risiko ini. Satu, serangan siber (cyber attach) yang mengakses data secara tidak sah dan merusak operasi digital maupun informasi yang motifnya pemerasan. Dua, pencurian dan kecurangan (theft and fraud) baik dari internal maupun pihak ketika termasuk konsumen. Dua risiko tersebut masuk dalam peringkat satu dan dua dalam top operational risk yang perlu dirilis oleh Baker McKenzie pada 2022.
Selain serangan hacker, pembobolan dana dengan cara lama juga masih menjadi momok bagi bank. Pelakunya bisa dari debitur yang ngemplang kredit, seperti Titan Group yang mengambil kredit Rp6,5 triliun di Bank Mandiri dan Bank CIMB Niaga yang akhirnya selesai. Bisa juga pelakunya oknum pejabat bank sendiri yang menyalahgunakan kewenangannya dengan mengambil dana nasabah tanpa izin. Kasus ini pun diam-diam masih terjadi seperti sedang membelit dialami Bank Victoria Syariah (BVS).
Menurut penelusuran Infobank, ada dua nasabah korporat melaporkan BVS karena tidak bisa menarik dana simpanannya yang besarnya tidak sesuai dengan yang mereka klaim. Pertama adalah Bumiputera Sekuritas yang mengklaim memiliki dana sebesar Rp37,33 miliar di rekening tabungan bisnis senilai. Perusahaan ini telah melaporkan ke BVS ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bareskrim Polri karena pengajuan penarikan dana pada 27 Februari 2023 ditolak BVS.
Baca Lengkap Seluruh Artikel dengan Berlangganan
- Free 4 Bulan Infobanknews Premium
- Durasi 1 Tahun
- Rp 416 / hari
- Free 2 Bulan Infobanknews Premium
- Durasi 6 Bulan
- Rp 461 / hari
- Free 1 Bulan Infobanknews Premium
- Durasi 3 Bulan
- Rp 466 / hari
- Durasi 1 Bulan
- Rp 500 / hari










