Jakarta – Manulife Investment Management dan Indonesia Investment Authority (INA), sovereign wealth fund Indonesia menjalin kemitraan strategis yang berfokus pada pengembangan infrastruktur di Indonesia dan penjajakan peluang investasi di sektor real estate dan natural capital.
Kemitraan ini diresmikan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara kedua organisasi dan bertujuan menginvestasikan modal yang dimiliki, dan secara kolektif menggalang modal dari investor pihak ketiga, baik domestik maupun internasional.
Senior Managing Director dan Head of Institutional Business, Asia Pacific Manulife Investment Management Peter Kim mengatakan, pihaknya sangat senang dapat menjalin kemitraan strategis pertama dengan INA dan berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi Indonesia.
Baca juga: Awali Tahun Baru, Manulife Indonesia Gelar Agency Kick-Off 2024
“Kami telah melihat minat yang kuat melalui diskusi kami dengan investor institusional di sektor aset riil Asia dan di Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu pasar yang paling menarik mengingat meningkatnya kelas konsumen dan pertumbuhan e- commerce yang eksponensial,” kata Kim, dikutip Selasa, 6 Februari 2024.
Ia menyadari adanya permintaan yang tinggi terhadap logistik, pusat data, dan aset infrastruktur ekonomi baru lainnya yang berkualitas tinggi di negara ini, baik dari pelanggan multinasional maupun domestik.
“Kolaborasi kami dengan INA tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan sektor aset riil yang terus berkembang namun juga mencerminkan komitmen Manulife Investment Management terhadap Indonesia, pasar utama dalam strategi private asset kami untuk kawasan Asia Tenggara yang berkembang pesat,” jelasnya.
Senada, Chief Investment Officer dan Head of Transactions Asia Pacific Real Estate, Manulife Investment Management Kenny Lam merasa senang atas kesempatan bermitra dengan INA untuk melaksanakan strategi investasi real estate di Indonesia.
“D imana kami melihat adanya fundamental yang sangat kuat dan potensi pertumbuhan yang besar untuk memperluas jejak dan portofolio kami di kawasan Asia Pasifik. Kami berkomitmen untuk memanfaatkan skala global kami serta kemampuan lokal untuk memberikan solusi dan menciptakan nilai bagi para mitra dan klien kami,” bebernya.
Ke depannya, pihaknya berencana untuk mengakuisisi, mengembangkan dan mengelola aset-aset industri dan pusat data berkualitas tinggi di Indonesia bersama dengan INA untuk mencapai imbal hasil yang berkelanjutan, dan juga tujuan-tujuan ESG.
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah menmbahkan, bermitra dengan Manulife Investment Management, yang diakui secara global atas kepemimpinannya dalam aset riil, sejalan dengan upaya berkelanjutan kami untuk meningkatkan sektor logistik dan infrastruktur digital di Indonesia.
“Kolaborasi tersebt memanfaatkan gabungan kekuatan kami, keahlian global Manulife dan wawasan lokal kami yang mendalam untuk mendorong kemajuan besar di sektor-sektor penting ini,” terangnya,
Menurutnya, berkonsentrasi pada pasar logistik dan pusat data yang sedang berkembang tidak hanya sejalan dengan pertumbuhan besar dalam digitalisasi dan e-commerce, namun juga menempatkan perusahaan untuk memanfaatkan peluang besar dalam perekonomian Indonesia yang dinamis.
Baca juga: Investor Wait and See di Tahun Politik, BEI Beberkan Tips Berikut
Sekadar informasi, Manulife Investment Management mengembangkan dan mengelola aset real estate untuk ribuan nasabah di seluruh dunia sebagai bagian dari kapabilitas private markets yang komprehensif.
Tim real estate-nya di Asia mengelola aset real estate senilai USD3,1 miliar di wilayah tersebut dengan luas total 14,2 juta kaki persegi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Manulife Investment Management memfokuskan perhatiannya pada aset-aset terkait logistik yang diyakini dapat memberikan nilai bukan hanya kepada investor namun juga bagi pasar yang diinvestasikan karena kebiasaan konsumsi konsumen terus bergeser ke dunia online.
Manulife Investment Management juga merupakan manajer investasi natural capital terbesar di dunia4, dengan Assets Under Management senilai hampir USD15 miliar di bidang hutan dan pertanian. (*)
Editor: Galih Pratama