Duel Israel vs Hamas: Kekuatan Militer hingga Anggaran Perang, Siapa Paling Besar?

Duel Israel vs Hamas: Kekuatan Militer hingga Anggaran Perang, Siapa Paling Besar?

Jakarta – Eskalasi perang antara Israel dan Hamas masih membara. Kedua kubu, sama-sama saling gempur dengan menggunakan seluruh kekuatan militer yang dimiliki hingga menyebabkan ribuan korban jiwa melayang dan bangunan luluh lantah.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB pada Senin (10/6) telah mendukung proposal gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza yang sebelumnya dipaparkan Presiden AS Joe Biden. 

Dilansir VOA, DK PBB mendesak kelompok militan itu untuk menerima kesepakatan yang bertujuan untuk mengakhiri perang selama delapan bulan terakhir.

Terlepas dari itu, banyak pihak kerap membandingkan peta kekuatan militer hingga anggaran perang keduanya.

Secara kasat mata, publik mungkin menilai kekuatan militer dan anggaran perang Israel lebih besar ketimbang kelompok Hamas. Namun, tak ada salahnya jika kita mencoba membandingkannya.

Baca juga: Ini Alasan Menlu AS Blinken Desak Gencatan Senjata Antara Israel dan Hamas

Infobanknews pun merangkum peta kekuatan militer dan anggaran perang antara Israel dan Hamas. Mana paling besar?

Mengutip laman defencestreet, perbandingan kekuatan militer Israel dan Hamas sangat timpang. Negeri Yahudi sendiri memiliki teknologi persenjataan yang maju, termasuk militer yang terlatih.

Adapun Hamas, tidak mempunyai kekuatan militer yang terpusat di jalur Gaza dan Tepi Barat. Meski begitu, Hamas merupakan salah satu organisasi gerilyawan bersenjata terlengkap di dunia.

Peta Kekuatan Militer 

Israel

Profesor Studi Pertahanan Michael Clarke mengatakan, militer Israel sendiri mempunyai berbagai jenis tank besar dan kendaraan lapis baja.

Salah satunya, Tank Merkava milik Israel yang mirip dengan tank tempur Leopard 2 Jerman yang populer karena penggunaannya di Ukraina dirancang dan sebagian besar diproduksi di Israel.

Diketahui, tank jenis itu sudah dilengkapi dengan lapis baja depan yang berat untuk memberi perlindungan maksimal bagi empat awaknya serta dipersenjatai dengan senapan utama 120mm dan persenjataan sekunder.

Baca juga: Imbas Konflik Hamas, Moody’s Turunkan Peringkat Kredit Israel 

Israel juga mempunyai jet tempur Kfir buatan sendiri, pesawat tempur multiperan, sejumlah jet canggih F-35 Lightning II yang didapatkan dari AS. Selain itu, Israel juga dikabarkan memiliki persenjataan nuklir.

Profesor Clarke juga mengatakan, militer Israel memiliki teknologi militer tinggi dan sangat inovatif. Di mana, pasukan militernya sering menggunakan teknologi pesawat tak berawak (drone).

Teknologi militer canggih lainnya, yakni Iron Dome. Ini merupakan sistem pertahanan udara yang sudah digunakan pada 2011 di wilayah Israel Selatan. Iron Dome digadang bisa melindungi wilayah Israel dari ancaman roket dengan mencegatnya.

Iron Dome sendiri memiliki jangkaun hingga 70,5 mil yang mana dapat mencegat hingga 692 roket selama Operation Protective Edge. Selepas roket diluncurkan pihak musuh, maka stasiun radar segera mendeteksi dan melacak jalurnya.

Kemudian langsung meluncurkan rudal untuk mencegat sekaligus menetralisir roket musuh tersebut sebelum memasuki permukiman warga.

Hamas

Diketahui, kelompok militan Hamas tidak memiliki jenis kendaraan lapis baja yang serupa dengan Israel dengan alasan akan dengan mudah menjadi target serangan pihak Israel.

Hamas sendiri menggunakan kendaraan utilitas seperti Land Rover Discovery dan memasang senjata di bagian belakang, seperti halnya senapan mesin kaliber 30.

Sebab, senjata-senjata tersebut dapat dengan mudah bergerak  serta telah digunakan untuk menghancurkan. Hamas juga tak mempunyai persenjataan berat, tetapi memakai berbagai kendaraan utilitas.

Salah satu senjata khas militan Hamas yakni rudal balistik Fateh-110 buatan Iran yang dapat bergerak di jalan raya dan membawa hulu ledak seberat 500 kg. Selain itu, Hamas juga mempunyai rudal anti-tank yang serupa dengan Stinger milik AS.

Tak ketinggalan, mereka juga memiliki drone yang digunakan untuk memata-matai musuh di medan perang, termasuk menyampaikan sinyal. 

Drone ini juga memungkinan Hamas menyerang pangkalan militer, pembangkit listrik, konsentrasi kekuatan dan sebagainy

Anggaran Perang

Israel

Dinukil CNN, media surat kabar keuangan Calcalist memperkirakan anggaran perang Israel mencapai US$51 miliar atau sekitar Rp827 triliun. Jumlah tersebut sama dengan 10 persen PDB Israel. 

Calcalist juga menyebut setengah dari biaya itu digunakan untuk biaya pertahanan sekitar US$252 juta per hari. Adapun sisanya, digunakan untuk risiko kehilangan pendapatan kompensasi bisnis dan rehabilitasi perang.

Sementara itu, data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebut, nilai belanja militer Israel pada 2023 berdasarkan harga konstan (constant prices) mencapai US$28,96 miliar.

Jumlah ini melonjak 24% dibanding tahun 2022 dan menjadi rekor nilai belanja militer tertinggi sepanjang sejarah Israel yang tercatat di basis data SIPRI.

Hamas

Presiden Kelompok Insight Threat Intelligence Jessica Davis mengatakan, kelompok militan Hamas disebut memiliki dana perang yang cukup ketika konflik dengan Israel tersebut menjadi berkepanjangan.

“Hamas secara finansial terbilang cukup solid,” katanya kepada AFP, seperti melansir VOA Indonesia, Senin (18/12).

Menurutnya, dalam satu dekade terakhir atau bahkan lebih lama lagi, kelompok Hamas telah menciptakan jaringan keuangan yang tangguh.

Hal tersebut lantaran Hamas telah menanamkan investasi dan memiliki sumber pendapatan di banyak negara tanpa mengalami gangguan.

“Sumber-sumber tersebut mencakup usaha kecil dan real estate di negara-negara seperti Turki, Sudan dan Aljazair. Hamas juga tergantung pada jaringan informal,”  bebernya.

Diluar itu, Hamas rupanya mendapat dukungan pendanaan asing. Diketahui, selama bertahun-tahun pendukung utama Hamas adalah Teheran. Diperkirakan, kontribusi tahunan Iran kepada Hamas mencapai antara USD70 juta dan USD100 juta. 

Dan kontribusi tersebut diberikan melalui beragam sumber yang mencakup pembayaran dalam mata uang kripto, uang tunai dan transfer melalui bank asing dan sistem informal “hawala”. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News