Jakarta – Industri asuransi umum di Indonesia terus menunjukkan kinerja positif pada kuartal III 2024, dengan kontribusi signifikan dari beberapa lini usaha utama. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), total premi yang dicatat industri mencapai Rp79,7 triliun, tumbuh 14,5 persen secara tahunan.
Dominasi pangsa pasar berasal dari dua lini usaha utama asuransi umum, yakni asuransi harta benda dan asuransi kendaraan bermotor, yang menyumbang 47,9 persen dari total premi.
Asuransi harta benda mencatatkan pertumbuhan signifikan dengan total premi mencapai Rp23,4 triliun, naik 26,5 persen secara tahunan.
Wakil Ketua AAUI Bidang Statistik dan Riset, Trinita Situmeang, menjelaskan bahwa meski ada kontraksi dalam penjualan properti, permintaan sewa properti dan pengembangan properti residensial menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Baca juga: Tumbuh 14,5 Persen, Premi Industri Asuransi Umum Tembus Rp79,6 T di Kuartal III 2024
“Lini usaha asuransi harta benda masih menduduki pangsa pasar terbesar di industri asuransi umum pada kuartal III 2024,” ujar Trinita dalam acara Konferensi Pers Kinerja AAUI Kuartal III 2024 di Jakarta, Selasa (3/12).
Asuransi kendaraan bermotor juga menjadi tulang punggung kinerja industri, dengan premi mencapai Rp14,7 triliun. Pertumbuhan tahunan tercatat stabil di angka 0,9 persen, meskipun data penjualan kendaraan roda dua dan roda empat tidak mengalami peningkatan.
“Lini usaha ini tetap menjadi penyumbang terbesar dari perolehan premi industri asuransi umum,” ungkap Trinita.
Selain itu, asuransi kredit dan asuransi kesehatan memberikan kontribusi besar dengan pangsa pasar gabungan sebesar 24,4 persen. Premi asuransi kredit tumbuh 21,1 persen, dari Rp10,1 triliun pada kuartal III 2023 menjadi Rp12,2 triliun tahun ini.
Baca juga: Industri Asuransi Jiwa Cetak Pendapatan Rp166,27 Triliun hingga Kuartal III 2024
“Faktor utama pendorong pertumbuhan ini adalah peningkatan penyaluran kredit konsumtif masyarakat, termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR),” imbuhnya.
Asuransi kesehatan juga menunjukkan performa yang kuat dengan premi mencapai Rp7 triliun, tumbuh 32 persen secara tahunan. Ini mencerminkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap perlindungan kesehatan di tengah inflasi biaya medis. (*) Alfi Salima Puteri