“Pertanyaan yang perlu dijawab, kenapa Indonesia perlu belanja yang besar hari ini. Hampir 20 tahun ketersediaan infrastruktur di Indonesia indeknya turun bukan naik. Bahkan pada tahun 1990, indeks ketersediaan infrastruktur hanya 60 persen,” papar Sri Mulyani.
Baca juga: Dana Desa Bisa Turunkan Angka Kemiskinan
Sri Mulyani juga menjelaskan, dengan GDP yang meningkat, infrastruktur tidak bisa mengikuti mobilitas kelas menengah. “Saya rasa yang tinggal di Jakarta sudah bisa melihat kemacetan mengurangi produktifitas,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menyampaikan, ia tidak bisa memilah mana saja uang yang berasal dari utang. Kemudian utang tersebut digunakan untuk apa saja secara detil. Pasalnya, anggaran yang bersumber dari penerimaan dan utang dikumpulkan menjadi satu dalam kas negara. (*)
Editor: Paulus Yoga
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More
Jakarta – Menjelang akhir 2024, PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new Tucson di Indonesia. Sport Utility Vehicle (SUV)… Read More