DPK Valas Terus Melemah, Instrumen Moneter BI Diharap Dongkrak Likuiditas Valas 

DPK Valas Terus Melemah, Instrumen Moneter BI Diharap Dongkrak Likuiditas Valas 

Jakarta – Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyoroti Dana Pihak Ketiga (DPK) valuta asing (valas) yang mengalami pelemahan. Tercatat per Agustus 2023 DPK Valas sebesar Rp1.108,6 triliun atau 8,4 persen secara tahunan (yoy), melemah dibandingkan Juli 2023 yang tumbuh 15,1 persen.

Josua mengatakan, berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), pertumbuhan DPK Valas menunjukan tren menurun sejak awal tahun 2023, sehingga mengindikasikan aliran modal keluar.

“DPK Valas juga sedikit mengalami pelemahan, namun kami mencermati bahwa respon kebijakan BI dan kebijakan pemerintah pusat terkait DHE akan meningkatkan lagi inflows,” ujar Josua dalam Peluncuran Buku KSK No.41, Senin 23 Oktober 2023.

Baca juga: Pertumbuhan DPK Menurun, Bos LPS Ungkap Penyebabnya

Sehingga diharapkan dengan adanya instrumen operasi moneter yang diterbitkan oleh BI yaitu SRBI dapat meningkatkan aliran modal masuk ke pasar Indonesia.

Kemudian, pada 17 November mendatang BI juga akan mengimplementasikan instrumen moneter baru yakni, Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Ini merupakan instrumen moneter yang pro-market untuk pendalaman pasar uang dan mendukung upaya menarik portfolio inflows, dengan mengoptimalkan aset surat berharga dalam valuta asing yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying.

“Bagaimana implementasi operasi moneter BI dengan diluncurkannya SRBI, dan juga nanti ada SUVBI dan SVBI juga diharapkan akan bisa meningkatkan inflows dan pada akhirnya akan bisa mendorong  peningkatan valas maupun likuiditas valas,” katanya.

Baca juga: BI Kantongi Rp113,70 Triliun dari Lelang SRBI

Seperti diketahui, BI telah mengantongi Rp113,70 triliun dari lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sejak diterbitkan hingga 17 Oktober 2023.

Di samping itu, hingga minggu ketiga Oktober 2023, aliran modal asing keluar atau capital outflow dari Indonesia senilai Rp5,36 triliun. Terdiri dari jual neto Rp3,45 triliun di pasar SBN (Surat Berharga Negara) dan jual neto Rp3,01 triliun di pasar saham, serta beli neto Rp1,10 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News