Jakarta – Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Tanah Air akan ditopang oleh simpanan korporasi. Kondisi ini terjadi seiring dengan penurunan DPK rumah tangga sejak pandemi Covid-19 melanda.
Andry menjelaskan, porsi DPK korporasi terhadap total DPK perbankan tumbuh agresif sejak Maret 2022, mencapai kisaran 30 persen, dan meningkat menjadi 35 persen pada Maret 2025. Sementara itu, DPK rumah tangga justru mengalami penurunan dari sekitar 50 persen pada Maret 2022 menjadi 40 persen di Maret 2025.
“Ini yang menunjukkan memang korporasi menjadi penopang juga dengan share ini dari DPK di perbankan di Indonesia,” kata Andry dalam Mandiri Economic Outlook kuartal II-2025, Senin, 19 Mei 2025.
Baca juga: Ekonom Bank Mandiri: Akselerasi Ekonomi 2025 Perlu Sinergi Kebijakan Fiskal dan Moneter
Lebih lanjut, Andry menjelaskan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan DPK saat ini jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi Covid-19, yang mampu tumbuh hingga 11,4 persen. Data terbaru menunjukkan simpanan masyarakat hanya mampu tumbuh di bawah 5 persen.
“Kalau sekarang tumbuhnya total DPK saja di bawah 5 persen. Tahun 2023 itu 3,21 persen untuk tabungan. Tahun 2024 5,94 persen. Jadi jauh memang dibandingkan dengan posisi waktu pre-Covid dulu. Kalau giro (penurunan) wajar ya, karena memang kita berharap mungkin ada ekspektasi bahwa dananya digunakan untuk ekspansi usaha,” tandasnya.
Pertumbuhan Deposito
Kemudian, pertumbuhan deposito juga turun jauh dari 10,9 persen ke 5,89 persen. Andry menilai bahwa penurunan ini wajar karena perbankan berupaya menjaga biaya pendanaan tetap rendah.
Baca juga: Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi Indonesia Tahun Ini Tumbuh di Bawah 5 Persen
“Jadi overall kita lihat dengan pola yang terjadi tersebut yang memang DPK dari rumah tangga itu juga masih akan ada tantangan di sini tadi penyebabnya, yang satu adalah karena ada smaller wallet bagi konsumen terutama untuk yang middle lower,” paparnya.
Pembelian Emas Meningkat
Kemudian, tambah Andry, adanya peralihan tabungan ke instrumen lain seperti emas juga menjadi tantangan bagi pertumbuhan DPK. Bank Indonesia (BI) mencatat peningkatan porsi pembelian emas dari disposable income masyarakat. Per Maret 2025, sebanyak 32,9 persen disposable income masyarakat ditempatkan di emas dan perhiasan. (*)
Editor: Yulian Saputra