Downward Drift dan Dead Cat Bounce Refleksikan Pasar Saham Global

Downward Drift dan Dead Cat Bounce Refleksikan Pasar Saham Global

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham Asia hari Senin 25 Januari 2016 ditutup menguat masih karena sentimen positif akan adanya potensi tambahan stimulus dari ECB. Kali ini pelaku pasar juga berspekulasi bahwa Bank of Japan juga akan mengumumkan tambahan stimulus pada pertemuan tanggal 28 – 29 Januari. Indeks Nikkei naik 0,90%, Hang Seng naik 1,36%, Shanghai Composite naik 0,75%, Kospi Korsel naik 0,74% dan Singapore STI naik 0,22%.

Sementara pasar Eropa ditutup melemah karena harga minyak kembali turun. FTSE 100 Inggris turun 0,39%, DAX Jerman turun 0,29%, CAC 40 Perancis turun 0,58% dan IBEX 35 Spanyol turun 1,78%. Pasar ekuitas AS juga ditutup melemah karena turunnya harga minyak. Korelasi antara harga minyak dan harga saham relatif sangat tinggi sejak pertengahan Desember, hal ini tidak nampak dalam sejarah jangka panjangnya. Mengenai hal ini, terdapat teori yang disebut downward drift atau momentum negatif yang kurang lebih menyebutkan bahwa harga aset akan cenderung berkorelasi dalam periode penurunan (downside movement). DJIA turun 1,29%, S&P 500 index turun 1,56%, dan NASDAQ composite turun 1,58%. Fenomena pasar yang tidak mampu meneruskan rally hari sebelumnya sering disebut dengan istilah “dead cat bounce“. Pasar Asia kemarin masih ditutup positif karena penurunan harga minyak umumnya terjadi pascatutupnya bursa asia. Pagi ini pasar Asia dibuka melemah. Nikkei turun 1,99% dan Kospi Korsel turun 1,57% (08.20 WIB).

Data index sentimen bisnis Jerman bulan Januari turun ke level 107,3 dibandingkan bulan Desember lalu sebesar 108,6. Demikian menurut hasil survey Ifo Institute. Angka ini juga yang terlemah sejak Februari 2015. Indeks ini mencerminkan bahwa industri manufaktur dan konstruksi di Jerman semakin pesimis terhadap outlook bisnisnya. Umumnya pelaku industri manufaktur dan konstruksi di Jerman mencemaskan pelambatan ekonomi di China dan emerging market lainnya.

Minggu ini pelaku pasar akan menantikan hasil pertemuan baik di AS (FOMC meeting) dan Jepang (BOJ meeting). Terkait FOMC meeting, pelaku pasar memperkirakan tidak akan ada kenaikan tingkat bunga the Fed. Bahkan kondisi perekonomian AS yang sedikit melemah (jobless claim naik, inflasi rendah) diperkirakan akan membuat kenaikan Fed Fund rate sedikit mundur. Terlebih dengan pelemahan dan volatilitas pasar keuangan global awal tahun ini serta terus turunnya harga minyak akan membuat the Fed berhati-hati dalam menetapkan kebijakan tingkat bunganya. Pasca-FOMC meeting, pasar juga akan mendapat informasi tingkat pertumbuhan ekonomi US yang akan dirilis hari Jumat. Selain itu juga akan diumumkan data trade balance AS pada hari yang sama. Sementara Jepang saat ini menghadapi dinamika positif dan negatif. Pertumbuhan ekonomi Jepang yang rendah, inflasi yang rendah (sekitar 0,3%), ekspor yang lemah, produksi dan konsumsi yang satgnan menjadi faktor negatif. Di sisi positif harga minyak yang turun membuat trade balance Jepang kembali surplus di bulan Desember. Namun demikian trade balance yang positif membuat Yen menguat dan berdampak pada melemahnya ekspor Jepang. BOJ diperkirakan akan menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% (dengan risiko upside yaitu tetap). Sementara level stimulus diperkirakan tidak akan berubah signifikan.

Pertumbuhan ekonomi Rusia tahun 2015 kontraksi sebesar 3,7%, dibandingkan pertumbuhan sebesar 0,6% pada tahun 2014. Turunnya harga minyak, turunnya ekspor, penerapan sanksi atas krisis Ukraina berdampak negatif terhadap ekonomi Rusia. Sepanjang tahun 2015 mata uang Rubel melemah lebih dari 19% terhadap USD. Sementara pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tumbuh 2,6% sepanjang tahun 2015, pertumbuhan ekonomi terendah sejak 2012. Ekonomi Korsel didukung oleh kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan permintaan domestic melalui konsumsi dan pasar property.

Dari Indonesia, Ford Motor Co. menghentikan operasinya setelah melihat perkembangan penjualan dan profit tidak sesuai ekspektasi. Langkah ini dilakukan setelah mempertimbangkan semua skenario. Namun demikian perusahaan akan tetap memberikan dukungan servis, suku cadang dan jaminan kepada konsumen. Di Indonesia Ford hanya menjual kendaraan sebanyak 4.986 unit tahun 2015, turun signifikan dibandingkan tahun 2014 yang membukukan penjualan sebanyak 12.008 unit. Ford juga menutup pabriknya di Jepang.

Harga minyak ditutup turun cukup tajam. Kenaikan tajam pada hari sebelumnya pada akhirnya mengundang koreksi pasar. Meskipun demikian, harga minyak yang masih di kisaran USD30 per barrel dianggap cukup positif. Minggu ini pelaku pasar akan memperhatikan hasil FOMC meeting pada tanggal 26–27 Januari. Pelaku pasar memperkirakan Fed Fund rate tetap. Dampak dari kebijakan the Fed akan berpengaruh pada nilai tukar USD dan  pada akhirnya berpengaruh juga kepada harga minyak. WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret turun USD1,85 (5,8%) ke level USD30,34 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Maret turun USD1,68 (5,2%) ke level USD30,15 per barrel.

Yield UST turun (harga naik) setelah investor kembali membeli UST di tengah turunnya harga saham dan harga minyak. Yield UST 10 tahun turun 3 bps ke level 2,02%, sementara UST 30 tahun turun 2 bps ke level 2,80%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 tahun telah turun 25 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 2 bps ke level 0,39%.

Pasar SUN stabil, yield SUN tenor 10 tahun relatif tidak bergerak di level 8,40%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 34 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG pada penutupan kemarin naik 49,04 poin (1,10%) ke level 4.505,79. Year to date IHSG membukukan penurunan indeks sebesar 1,9% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net buy sebesar Rp370 miliar sehingga year to date asing telah membukukan net sell sebesar Rp3,53 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup melemah Rp18 ke level Rp13.863 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M menguat Rp52 ke level Rp13.951. Persepsi risiko naik, CDS spread 5Y naik 5 poin ke level 250.

Sentimen pasar kemarin kembali negatif akibat turunnya harga minyak akibat koreksi pasar. Pelaku pasar menanti hasil FOMC meeting dan BOJ meeting minggu ini, untuk memperoleh gambaran lebih komprehensif mengenai kondisi ekonomi global dan kebijakan moneter yang dipilih. (*)

Related Posts

News Update

Top News