Jakarta–Dorong industri pariwisata nasional dan khusus Provinsi Jawa Tengah, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menjadi pendukung utama dalam BTN Tour de Borobudur (BTNTDB) XVI tahun 2016.
Perhelatan olahraga sekaligus memperkenalkan keindahan alam Indonesia melalui kompetisi balap sepeda BTN Tour de Borobudur ini diharapkan memberikan dampak berganda terhadap perkembangan ekonomi masyarakat.
Acara BTN Tour de Borobudur, dibuka oleh Direktur Utama Bank BTN, Maryono bersama dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada hari Jumat, 18 November 2016 di halaman depan gedung Gubernur Jawa Tengah.
Tour de Borobudur merupakan event sepeda tahunan yang rutin dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah. Ajang BTN Tour de Borobudur merupakan ajang ke 16 yang sukses digelar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
BTN TDB akan diikuti oleh lebih dari 2.450 pesepeda yang akan mengikuti 3 kategori, yakni kelas A dengan rute sepanjang 275 Km selama 2 hari, kemudian kelas B sepanjang 90 Km dan kelas C sepanjang 37 Km.
BTN Tour de Borobudur dirancang melewati sejumlah destinasi wisata di Jawa Tengah, seperti Candi Prambanan, Rawa Pening, Kopeng dan tentu saja Candi Borobudur sebagai destinasi terakhir pada puncak acara tersebut.
“Dengan rute yang ada, peserta tidak hanya sekadar menikmati pemandangan alam, tapi juga mendapatkan pengalaman wisata lain, seperti kuliner, dan budaya yang menjadi kekayaan wisata tiap daerah,” kata Direktur Utama BTN, Maryono.
Alhasil, masyarakat di sekitar rute BTN Tour de Borobudur baik di Solo, Semarang, maupun Magelang bisa ikut dilibatkan, mulai dari penyewaan penginapan, wisata kuliner, kerajinan tangan, dan sebagainya.
“Kegiatan ekonomi masyarakat sekitar ikut berkembang dengan kehadiran BTN Tour de Borobudur,” tambah Maryono
Peran Bank BTN dalam program pariwisata tidak hanya lewat event BTN TDB XVI, namun juga dalam program percepatan pengembangan 10 destinasi wisata yang dicanangkan pemerintah.
Salah satu kontribusinya adalah berkomitmen mengucurkan pembiayaan ke sektor perhotelan pariwisata.
“Kami fokus pada pembiayaan homestay yang dikelola masyarakat atau komunitas di 10 destinasi wisata prioritas. Dana pinjaman tersebut bisa digunakan untuk konstruksi, revitalisasi atau pembelian properti,” katanya. (*) Dwitya Putra
Editor: Paulus Yoga