Sementara berdasarkan catatan BI, tahun lalu mayoritas atau 55 persen petani padi memperoleh pembiayaan dari para tengkulak, pengijon dan pembiayaan informal lainnya. Dan hanya 15 persen saja yang mendapat akses pembiayaan dari perbankan.
Baca juga: Asuransi Pertanian Dongkrak Daya Saing Petani
Selain itu, dia meyakini, dengan adanya corporate farming, mekanisme dan alat modern bisa masuk ke sistem produksi sehingga akhirnya produktivitas naik. Kemudian setelah panen, pemasaran dan distribusi produk mereka juga bisa memotong jalur tengkulak dan langsung ke konsumen.
“Selama ini alat modern gak bisa masuk karena lahannya terbatas kan, kecil-kecil kurang dari 1 hektare. Jadi dengan corporate farming yang penting kelembagaan petani jadi kuat. Saat menghadapi bank, kekuatan mereka naik,” tandas Dody. (*)
Editor: Paulus Yoga
Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengungkapkan strategi dan langkah yang diambil perseroan dalam… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (4/11) berakhir ditutup pada zona… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) dan Monetary Authority of Singapore (MAS) sepakat untuk memperpanjang perjanjian… Read More
Jakarta – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance/TUGU) menunjukkan performa keuangan yang cemerlang… Read More
Jakarta - PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) atau Asuransi JMA Syariah… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat ada tantangan-tantangan yang nantinya akan dihadapi oleh pelaku… Read More