Selain itu, kata Agus, melalui pembentukan corporate farming ini, maka para petani juga akan mendapatkan kemudahan akses pembiayaan dari lembaga formal karena skalanya lebih besar, sehingga risiko pembiayaannya jadi lebih kecil.
Baca juga: BI Dukung Inovasi Pembiayaan Sektor Pertanian
“Pembiayaan dari bank juga jadi lebih mudah karena memang skalanya korporasi. BUMP itu bukan kita utamakan kelembagaan tapi asal petani itu bisa berkontrak saja bisa jadi CV atau firma, yang bisa berhubungan dengan bank dengan lebih efektif,” tukas Agus.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Dody Budi Waluyo menambahkan, sejauh ini, perbankan melihat sektor petani memiliki risiko pembiayaan yang tinggi. Oleh sebab itu, pembiayaan ke sektor pertanian masih sangat rendah dibanding sektor-sektor lainnya. (Besambung ke halaman berikutnya)
Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More
Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 23 Desember 2024, ditutup… Read More