Jakarta — PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) hingga saat ini mencatat komposisi pembiayaan mobil baru sebesar 76% terhadap portofolio segmen konsumer. Adapun mobil bekas berkontribusi sekitar 16%, dan sisanya multiguna serta refinancing.
Direktur Bisnis BRI Finance Primartono Gunawan mengatakan, pihaknya akan merekomposisi dan memperbesar porsi segmen pembiayaan konsumer untuk memacu kinerja tumbuh berkelanjutan. Langkah strategis tersebut diambil manajemen perusahaan untuk optimalisasi pendapatan, laba dan sebaran risiko.
Dia pun merinci, ke depan komposisi pembiayaan mobil baru terhadap segmen konsumer maksimum di angka 45%. Sedangkan pembiayaan mobil bekas sekitar 22%, multiguna 12%, dan refinancing 10%.
“Dalam tiga tahun terakhir perseroan menerapkan lompatan strategi besar untuk memacu pertumbuhan bisnis berkelanjutan dengan mengalihkan sebagian besar pembiayaan ke segmen konsumer,” ujar Primartono dalam keterangan resmi, Jumat, 19 Mei 2023.
Buah dari transformasi tersebut, menurutnya sudah bisa dipetik sejak tahun lalu. Di mana kontribusi pembiayaan konsumer mencapai 74%. Sebelum melakukan transformasi, seluruh pembiayaan BRI Finance digelontorkan di segmen komersial. Adapun tahun 2023 ini BRI Finance menargetkan segmen konsumer berkontribusi hingga 82%.
“Kalau mayoritas pembiayaan sudah di konsumer, seperti halnya BRI (perusahaan induk) maka BRI Finance akan bermain di segmen mikro. Nasabahnya banyak, sumber pendapatannya pun tersebar. Jadi buah transformasinya sudah mulai bisa dipetik sejak tahun-tahun kemarin,” jelas Prima.
Capaian tersebut di atas ekspektasi manajemen perseroan, di mana awalnya memiliki aspirasi minimal 60% pembiayaan konsumer dan 40% segmen komersial. Tak berhenti di situ, Prima lanjut menjelaskan, ketika sudah cukup andal di segmen konsumer, pihaknya pun berkomitmen melakukan lompatan dengan strategi baru.
BRI Finance pun merekomposisi portofolio segmen konsumer, yang tadinya didominasi pembiayaan mobil baru, akan diseimbangkan dengan pembiayaan mobil bekas, pembiayaan multiguna dan refinancing.
“Jadi setelah transformasi dari komersial ke konsumer sudah jalan. Berikutnya kami merekomposisi aset untuk optimalisasi pendapatan, laba dan penyebaran risiko,” ujarnya menegaskan.
Di sisi lain, prima menyebut, pasar pembiayaan mobil bekas, refinancing dan multiguna memiliki marjin keuntungan yang lebih ‘gemuk’ dibandingkan dengan mobil baru. Bahkan, potensi pasar pembiayaan mobil bekas di Indonesia sangat besar. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sebagai asosiasi industri mobil mencatat, penjualan kendaraan baru roda empat di kisaran 1 juta unit setiap tahun.
Sedangkan penjualan mobil bekas, menurut Prima bisa mencapai 5 kali lipat dari mobil baru setiap tahun. Oleh karena itu, pembiayaan mobil bekas akan semakin serius digarap perseroan.
“Saat ini sedang memperkuat infrastrukturnya. Kami harus rekrut tenaga pemasar untuk pembiayaan mobil bekas. Saat ini sudah ada tapi jumlahnya masih kurang,” katanya.
Untuk segmen refinancing, BRI Finance sedang melakukan penjajakan dengan salah satu perusahaan di bawah BRI Group yang bergerak di bidang outsourcing di mana pekerjanya dijadikan agen refinancing BRI Finance.
“Jadi BRI Group akan kami gunakan sebagai enabler untuk agen refinancing kami,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama