Ketersediaan valas di pasar domestik yang lebih sedikit dibanding kebutuhan membuat kurs Rupiah tertekan. Paulus Yoga
Mamuju–Bank Indonesia (BI) berencana merilis instrumen surat berharga dalam valuta asing (valas) untuk mendukung suplai valas di tanah air.
“BI akan menerbitkan Surat Berharga Bank Indonesia valas. Sebelumnya itu Rupiah, sekarang terbitkan valas. Sehingga apabila ada dana yang ingin masuk ke Indonesia dalam instrumen valas kita tawarkan ini,” ucap Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo di Mamuju, Kamis, 1 Oktober 2015.
Suplai valas di Indonesia sendiri, menurutnya jauh berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Agus mengungkapkan, bahwa dana asing yang masuk ke pasar modal dan surat utang di Indonesia turun dari Rp170 triliun pada 2014, menjadi hanya sekitar Rp40 juta saja sepanjang tahun 2015 (Januari-September).
Terlebih penurunan harga komoditas turut memukul kinerja ekspor Indonesia. “Ini membuat ketersediaan valas lebih sedikit dari permintaannya di Indonesia,” tukas Agus.
Salah satu yang telah dilakukan bank sentral untuk menyerap dana asing adalah dengan menurunkan holding period kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari minimal sebulan menjadi seminggu, yang diharapkan bisa mengakomodasi investor asing yang hendak memiliki SBI. SBI sendiri bisa dimiliki pihak lain di luar perbankan melalui pasar sekunder, setelah bank memenuhi syarat holding period minimal.
“Sehingga kalau bank sudah pegang 1 minggu ada dana dari luar mau masuk bisa ditawarkan,” kata Agus.
Hal ini terkait dengan pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi belakangan. Sebagaimana diketahui, kurs Rupiah sempat tertekan hingga tembus Rp14.700 per USD. (*)