Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyatakan tidak hanya fokus menyalurkan dana stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional. Perseroan pada saat yang bersamaan menjalankan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) secara komprehensif dan terukur.
Pemberdayaan pelaku usaha menjadi salah satu kunci dalam meningkatkan potensi dan kapasitas pelaku UMKM di Indonesia, mengingat segmen ini memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. Di satu sisi, UMKM saat ini menjadi sektor yang paling terdampak atas krisis akibat pandemi Covid-19.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari, mengatakan, Perseroan saat ini fokus pada pemberdayaan UMKM yang konsepnya terintegrasi dengan seluruh kementerian/lembaga. “Konsep pemberdayaan kami sungguh komprehensif dan sangat terukur, dan dapat dimonitor dengan baik,” ujar Supari belum lama ini.
Program pemberdayaan UMKM yang dijalankan BRI memiliki tiga fase, yakni fase dasar, integrasi dan interkoneksi. Di fase dasar, BRI melakukan mapping UMKM dengan sistem self-assesment naik kelas menggunakan indikator yang sudah difasilitasi oleh Bank BRI. Selanjutnya, fase integrasi, BRI mengintegrasikan sistem dan database dengan kementerian/lembaga terkait sehingga menjadi data center UMKM. Terakhir, BRI melakukan integrasi antara sistem dan database yang dimiliki Perseroan, kementerian/lembaga terkait serta koneksi dengan instansi eksternal yang terkait perizinan, sertifikasi halal, UMKM ekspor.
“Konkritnya, kami mencoba menghitung kembali aktivitas ekonomi pada level grass root. Saat ini yang terjadi, bagaimana kami bisa menghubungkan pedagang dengan pembeli, yang tadinya tutup tidak ada aktivitas karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),” tukas Supari.
Dalam pemberdayaan UMKM, BRI memberikan literasi dasar, bisnis dan digital yang diberikan secara berjenjang sesuai dengan level entrepreneurship yakni unfeasible-unbankable, feasible-unbankable dan feasible-bankable. Literasi dasar mencakup inklusi keuangan (pengenalan produk dan jasa perbankan), manajemen keuangan dasar (akuntansi sederhana). Literasi bisnis berupa peningkatan kapasitas manajerial, legalitas/kepatuhan, budaya inovasi, pemahaman industri dan pasar, kepemimpinan, pola pikir jangka panjang, skala usaha. Adapun, literasi digital diberikan kepada UMKM Literasi kepada UMKM dengan tujuan berupa go modern, go digital, go online, go global.
“Untuk pemberdayaan ini, BRI melibatkan 176 expertise dan 104 mentor tersertifikasi serta kementerian dan asosiasi. Mengenai progres pemberdayaan UMKM, BRI telah menyelenggarakan 1.043 pelatihan yang diikuti sebanyak lebih dari 24 ribu peserta,” ujar Supari.
Dia menambahkan, BRI juga mengembangkan Desa BRILian, yang sekarang sedang berlangsung bekerja sama dengan Kementerian Desa. “Kami akan bangun desa-desa yang suatu ketika mereka tidak butuh dana desa, yang kepala desanya visioner, dan bisa menghidupi desanya sendiri,” terangnya.
BRI menilai para pelaku UMKM di sektor pertanian dan peternakan di wilayah perdesaan menyimpan potensi yang luar biasa untuk didorong berkembang. Diakui Supari, hal tersebut didapatinya saat kunjungan ke sebuah desa di Kediri Jawa Timur, yang mayoritas mata pencaharian warganya beternak sapi penghasil susu dan bekerja sama dengan perusahaan skala besar.
“Mantri saya ada di sana, dia bercerita, seluruh nasabahnya tidak ada yang direstrukturisasi. Inilah sektor yang luar biasa, ke depan harus kita lakukan pemberdayaan. Dan nyatanya mereka tangguh di beberapa klaster. BRI selama pandemi ini lebih banyak mengalokasikan resources-nya ke desa-desa,” ungkap Supari.
Di sisi lain, terkait dukungan pembiayaan, hingga September 2020, BRI telah menyalurkan KUR kepada lebih dari 3,3 juta debitur dengan plafon sebesar Rp90,10 triliun. Adapun penyaluran kredit atas penempatan dana Pemerintah (PMK No.70) sebesar Rp10 triliun di mana BRI berkomitmen me-leverage tiga kali lipat, BRI telah menyalurkan dengan total Rp30,1 triliun per 7 Agustus 2020. Dana tersebut disalurkan kepada 695 ribu debitur. Segmen mikro menjadi segmen penerima terbesar dengan nilai Rp 21,64 triliun kepada 679 ribu debitur. Segmen kecil menjadi penerima kedua terbesar, dengan nilai kredit 4,54 triliun kepada lebih dari 14 ribu debitur. Sedangkan segmen ritel menengah sebesar Rp 3,78 triliun kepada 1.941 debitur.
Selain penempatan deposito, BRI juga menyalurkan subsidi bunga dari Pemerintah atas Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hingga 25 September, BRI memberikan subsidi bunga sebesar Rp2,64 triliun dengan outstanding Rp270 triliun kepada 6,5 juta pemilik rekening.
Tidak hanya itu saja, BRI juga telah menyalurkan kredit khusus kepada segmen ultra mikro. Per 4 Oktober lalu, menurut Supari, BRI telah memberikan kredit sebanyak Rp2,08 triliun kepada 240 ribu pelaku usaha. Sementara itu, hingga 25 September 2020, BRI telah menyalurkan Rp12,2 triliun Bantuan Produktif Usaha Mikro kepada 5,08 juta rekening.
Suparibmenilai UMKM merupakan penopang ekonomi negara ini, karena sektor ini mampu menanggulangi kemiskinan, mengatasi permasalahan pemerataan dan sumber devisa masa depan. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, ada 61 juta pengusaha mikro, dan masing-masing unit usaha tersebut menyerap 1,7 tenaga kerja. “Mari kita sama-sama untuk melihat UMKM ini agar menjadi penopang perekonomian negara di masa depan,” tutupnya. (*)