Jakarta – PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) memberikan Green and Social Loan sebesar USD30 juta atau setara Rp487,6 miliar untuk mendukung kebutuhan modal kerja bagi eFishery, pionir aquatech di Indonesia dan startup intelijen akuakultur pertama di Asia Tenggara.
HSBC Indonesia juga diberi mandat sebagai Sustainable Finance Coordinator untuk eFishery guna membantu ambisi perusahaan untuk mengintegrasikan aspek-aspek ESG dalam operasi bisnis mereka.
Green and Social Loan ini akan memungkinkan eFishery untuk memperluas armada eFeeder mereka, inovasi teknologi pertama eFishery berupa perangkat pemberian pakan otomatis menggunakan AIoT (Artificial Intelligence of Things), yang akan disewakan kepada ratusan ribu pembudidaya ikan skala kecil untuk jaringan mereka.
Dengan menggunakan eFeeder, pembudidaya ikan dapat meningkatkan efisiensi pakan hingga 30% dan kapasitas produksi hingga 25 persen. Sebagai imbal baliknya, para pembudidaya skala kecil ini akan memiliki akses yang lebih luas untuk memasarkan hasil budidaya perikanan mereka dengan harga yang wajar, dan meningkatkan penjualan karena berat ikan akan lebih merata sehingga mampu meningkatkan harga jualnya, yang pada gilirannya dapat membantu meningkatkan penghidupan mereka.
“Green and Social Loan dari HSBC Indonesia ini merupakan langkah yang penting dalam misi kami merevolusi industri akuakultur di Indonesia. Pendanaan ini akan memungkinkan kami memperluas armada eFeeder dan memberdayakan pembudidaya ikan serta petambak udang skala kecil dengan teknologi dan sumber daya yang mereka perlukan, agar lebih produktif dan berkelanjutan,” ujar salah satu pendiri dan CEO eFishery, Gibran Huzaifah saat acara penandatanganan pemberian pinjaman hijau dan pinjaman sosial oleh HSBC Indonesia kepada eFishery di Jakarta, Jumat (31/5).
Baca juga: Bidik Nasabah Premium HSBC, Allianz Life Luncurkan Asuransi Warisan
Lebih lanjut, ia meyakini kemitraannya dengan HSBC Indonesia bakal membantu pihaknya untuk mencapai target pertumbuhan dan membangun sektor akuakultur yang berkembang di Indonesia.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merupakan produsen ikan terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Pada tahun 2022, perikanan dan industri perikanan diperkirakan memberikan kontribusi sekitar 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Namun, sebagian besar konsumsi ikan dalam negeri Indonesia berasal dari perikanan skala kecil, bukan industri perikanan yang menghasilkan sebagian besar ekspor perikanan. Nelayan tradisional ini mempunyai peran penting dalam perekonomian negara karena mereka merupakan 90 persen dari seluruh nelayan di Indonesia.
Di lain sisi, Managing Director Head of Wholesale Banking Bank HSBC Indonesia, Riko Tasmaya menyatakan bahwa pihaknya boleh berbangga dapat mendukung eFishery dalam mengembangkan bisnisnya guna menjangkau lebih banyak pembudidaya skala kecil di seluruh Indonesia.
“Hal ini merupakan bagian dari ambisi kami untuk mendukung pertumbuhan sektor ekonomi baru berbasis platform di Indonesia, sekaligus mendukung sektor akuakultur di Indonesia untuk menerapkan praktik berkelanjutan di sepanjang rantai pasokannya,” tutur Riko.
eFishery merevolusi metode budidaya tambak tradisional dan memberikan solusi mutakhir dalam ekosistem akuakultur, dengan menawarkan platform menyeluruh yang memberikan para pembudiaya dan petambak akses pada teknologi, pakan yang kompetitif, pembiayaan, dan pasar untuk ikan mereka.
Dengan platform eFeeder dari eFishery, pembudidaya ikan dapat mengatur jadwal pemberian pakan, menerima rekomendasi pemberian pakan, dan mencatat data pemberian pakan menggunakan ponsel mereka.
Selain itu, eFeeder juga mendukung pembudidaya ikan untuk mengadopsi metode budidaya ikan yang lebih berkelanjutan yang meningkatkan kualitas air, dengan mengurangi kontaminasi air dan limbah dari siklus pemberian pakan yang tidak efisien, mengoptimalkan input, serta meningkatkan distribusi pakan.
Baca juga: OJK Ungkap Sejumlah Peluang dan Tantangan UMKM Perempuan Indonesia, Ini Penjelasannya
Ke depan, eFishery berencana untuk mengembangkan bisnisnya ke negara lain, seperti Tiongkok, India, Amerikat Serikat (AS), dan Eropa, mengingat negara-negara itu memiliki jumlah konsumsi seafood terbesar di dunia.
“Yang menariknya itu HSBC ini memang ada di negara-negara itu. Itu yang memberikan banyak kemudahan bagi perusahaan Indonesia dalam berekspansi ke skala internasional. Dan menariknya lagi apa, prosesnya sama, sistemnya juga sama, misalnya sistem cash management. Kalau nantinya perusahaan ini memakai sistem dari HSBC yang terintegrasi dengan negara lainnya, itu realtime hari ini bisa melihat berapa dana atau kondisi keuangan di negara-negara itu bisa terlihat secara realtime,” pungkas Riko. (*) Steven Widjaja