Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan melemah hingga akhir pekan ini. Meski Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps, namun langkah BI tersebut belum memberikan sentimen positif terhadap pergerakan rupiah.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira saat dihubungi Infobank, di Jakarta, Senin, 21 Mei 2018 mengatakan, nilai tukar rupiah diperkirakan bisa menyentuh level diatas Rp14.200 bila BI dan pemerintah tidak melakukan upaya untuk mencegahnya.
“Pelemahan kurs pekan ini bisa sampai ke level Rp14.300 per dolar AS,” ujarnya.
Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah melemah cukup dalam. Rupiah sempat berada pada posisi terlemahnya pada pukul 14.42 WIB, yakni melemah 46 poin atau 0,32 persen ke Rp14.202. Pada penutupan perdagangan hari ini rupiah ditutup melemah 34 poin atau 0,24 persen di level Rp14.190 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Tergerus, Bisnis Otomotif Tekor
Dirinya pernah mengungkapkan, bahwa seharusnya BI bisa mengetatkan kebijakan moneternya pada bulan Maret 2018 lalu sebagai respon kenaikan suku Bank Sentral AS (The Fed). Menurutnya, langkah BI menaikkan suku bunganya dinilai sudah terlambat. Hal ini tercermin dari rupiah yang saat ini sudah mendekati level Rp14.200 per dolar AS.
Dia menilai, untuk meredam pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang semakin dalam, Bank Sentral bisa menaikkan bunga acuannya sebesar 75 bps secara bertahap hingga Juni 2018. Kenaikan suku bunga acuan BI yang sebesar 25 bps dianggap kurang direspon pelaku pasar. Seharusnya, tambah dia, BI bisa menaikkan bunga acuannya 50 bps.
“Seharusnya memang naiknya lebih dari 25 bps. Nanti Juni naik lagi 25 bps. Jadi total harapannya bisa 50-75 bps 7days repo naik,” paparnya. (*)