Moneter dan Fiskal

Dolar AS Betah Nangkring di Rp16.000, Ternyata Ini Pendorongnya

Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menguat di level Rp16.343 per dolar AS. Penguatan ini diprediksi masih akan berlanjut seiring dengan berbagai tantangan eksternal yang ada.

Chief Economist Bank Permata (BNLI) Josua Pardede mengungkapkan faktor penyebab di balik penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Kami melihat memang rupiah di tahun ini pergerakannya akan sama dibandingkan dengan tahun lalu, bahwa tantangannya masih akan sangat didominasi oleh faktor eksternal,” katanya di Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025.

Menurutnya, tantangan eksternal yang dimaksud yakni kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump yang berpotensi memicu perang dagang ‘jilid 2’. 

Baca juga : BI Laporkan Nilai Tukar Rupiah Terkendali, Cenderung Menguat

“Tahun ini kita tahu bahwa kebijakan dari luar negeri, dari Amerika Serikat ini kan sangat-sangat sentral ya. Kebijakan terkait dengan tarif impor AS dan potensi dari perang dagang ini kan cukup mengemuka,” jelasnya lagi.

Di sisi lain, kata dia, ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjaga pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Salah satunya, kebijakan parkir Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) bagi para eksportir pada awal bulan ini. Diharapkan bisa membantu menjaga cadangan valuta asing (valas) di dalam negeri.

“Sehingga kami melihat bahwa ada kombinasi di sana, bahwa ada tantangan dari eksternal, namun kebijakan dalam negeri dan juga bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan dari sisi nilai tambah ekspor melalui program prioritas hilirisasi, ini diharapkan akan bisa meningkatkan suplai valas dalam negeri,” jelasnya.

Baca juga : Bos Bank Mandiri Akui Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Pengaruhi Kinerja Perseroan

Josua menambahkan, pergerakan nilai tukar rupiah juga akan bergantung kepada keberhasilan kebijakan DHE SDA dalam menambah devisa negara.

Menurutnya, dalam jangka pendek, rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp16.000.

“Kalau kebijakan DHE ini berhasil ya, ataupun sesuai dengan harapan pemerintah, di mana ada tambahan devisa, let’s say misalkan USD60-80 miliar-USD80 miliar di tahun ini saja tentunya akan bisa mendorong ataupun bisa memberikan dalam positif pada negeri,” pungkasnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Di Atas Industri! Laba Bank Kaltimtara Tumbuh 37,93 Persen di 2024 jadi Rp549,73 Miliar

Jakarta - Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Bank Kaltimtara) mencatatkan pertumbuhan laba… Read More

5 hours ago

BSI Rayakan 4 Tahun Perjalanan dengan Santuni 4.444 Anak Yatim di Momentum Ramadhan

Jakarta – Bank Syariah Indonesia (BSI) menggelar acara santunan untuk 4.444 anak yatim di Jakarta… Read More

5 hours ago

Bos BEI Pede Pasar Modal Bisa Sumbang 61 Persen dari Target Investasi Rp14.000 T

Jakarta – Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffry Hendrik mengungkapkan, pasar modal di… Read More

5 hours ago

Duh, Neraca Perdagangan RI Februari 2025 Diramal Susut jadi USD1,85 Miliar

Jakarta- Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 diperkirakan… Read More

6 hours ago

Menteri Rosan Patok Target Investasi Rp13.000 Triliun di 2029

Jakarta - Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mematok target investasi… Read More

6 hours ago

Bank Aladin Syariah Gandeng Aksesmu Sasar UMKM Sektor Ritel

Jakarta – Bank Aladin Syariah menjalin kemitraan strategis dengan Aksesmu, aplikasi belanja grosir untuk kebutuhan… Read More

7 hours ago