Jakarta – Saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) hari ini, Senin, 5 Agustus 2019, ditutup naik Rp20 atau 0,63% ke Rp3.200. Sebelumnya, pada perdagangan akhir pekan kemarin, saham TUGU berada di Rp3.180.
Kenaikan ini merupakan yang kedua kalinya sejak Jumat, 2 Agustus 2018, setelah berhasil ditutup naik hingga 6% atau sebesar Rp180 dari Rp3.000 ke posisi Rp3.180.
Dengan begitu, berdasarkan data transaksi perdagangan saham hari ini, tercatat selama sepekan saham TUGU telah berhasil naik sebanyak 7% dari harga sebelumnya di Senin, 29 Juli 2019 di harga Rp2.990.
Perlahan tapi pasti, saham anak perusahaan PT Pertamina Persero ini sendiri memiliki Price Earning Ratio (PER) kurang dari 1 kali.
Dengan PER yang masih tergolong sangat rendah tersebut, potensi kenaikan saham TUGU secara jangka panjang terbuka lebar.
Seperti diketahui PER dikenal sebagai salah satu indikator terpenting di pasar modal. Definisi resminya kira-kira adalah suatu rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham (company’s earnings) terhadap harga sahamnya (stock price).
Artinya PER merupakan angka psikologis bagi value investor dimana PER yang kecil akan lebih menarik dibandingkan dengan PER tinggi. PER rendah ini disebabkan oleh laba per saham yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga sahamnya, sehingga tingkat return-nya lebih baik dan payback period-nya lebih singkat lagi.
Sekedar informasi, bisnis TUGU tahun ini sedang bergairah. Selama semester I 2019, Tugu Insurance secara konsolidasi raih laba tahun berjalan sebesar Rp 238,15 miliar atau naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya rugi sebesar Rp 7,8 miliar.
Peningkatan itu sejalan dengan kenaikan pendapatan premi dan sejumlah perbaikan yang dilakukan perseroan dalam setahun terakhir.
Presiden Direktur Tugu Insurance Indra Baruna mengatakan, peningkatan kinerja tersebut dikontribusikan oleh induk perusahaan maupun anak perusahaan. Pada semester pertama 2019, perseroan meraih pendapatan premi bruto secara konsolidasi sebesar Rp 3,7 triliun, naik 49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,49 triliun.
Menurut Indra, induk perusahaan maupun anak perusahaan sama-sama memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan pendapatan premi konsolidasi. Dari pendapatan premi sebesar itu, penerimaan premi bruto induk perusahaan tercatat sebesar Rp 2,2 triliun, naik 37% dibandingkan periode yang sama 2018 sebesar Rp 1,6 triliun.
“Hampir seluruh lini bisnis mengalami kenaikan baik di sektor energy, non-energy, commercial maupun retail business” ujar Indra. (*)