Bandung – PT Bank Pembangunan Daerah dan Banten, Tbk (bank bjb) mencatat kinerja positif di tengah kelesuan aktivitas ekonomi selama pandemi COVID-19. Salah satu indikator pertumbuhan perusahaan ini tercermin dari naiknya angka kredit. Bank BJB masih mampu menorehkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 9,7% hingga April 2020.
Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, Widi Hartoto menuturkan, pertumbuhan ini bisa diperoleh berkat terjaganya aliran kredit konsumer yang mendominasi postur kredit perseroan. Kredit konsumer yang menjadi captive market bank bjb menguasai sebesar 70% porsi kredit yang disalurkan perusahaan.
“Pertumbuhan ini didorong oleh terjaganya kualitas penyaluran kredit konsumer. Fakta bahwa profil captive market kredit konsumer yang didominasi para aparatur sipil negara (ASN) membuat bank bjb semakin di atas angin. Seperti diketahui, kredit berbasis penghasilan tetap merupakan salah satu kelompok yang paling kuat dan tahan terhadap ancaman krisis ekonomi selama COVID-19,” ujar Widi dalam keterangannya di Bandung, Senin, 15 Juni 2020.
Walau tumbuh, bank bjb tidak terlepas dari pengaruh terpaan COVID-19. Pengaruh ini tercermin pada terhambatnya arus pembayaran kredit. Rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) yang dicatat bank bjb sampai dengan Maret 2020 sebesar 1,65%. Kendati meningkat tipis, bank bjb diprediksi dapat tetap menjaga kualitas penyaluran kredit di atas rata-rata. Berdasarkan ccatatannya NPL bank bjb selalu berada di bawah rata-rata perbankan nasional. Sejak 2017, bank bjb selalu mencatatkan NPL di bawah 1,6%.
Di luar kredit, bank bjb juga berhasil mencatatkan raihan laba bersih sebesar Rp418 miliar hingga Triwulan I 2020. Capaian positif tersebut diikuti penambahan nilai aset yang tercatat sebesar Rp123 triliun atau tumbuh sebesar 4,5% year on year (y-o-y). Selain itu, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perseroan bertumbuh sebesar 4% y-o-y menjadi sebesar Rp93,8 triliun.
Sementara itu berdasarkan data OJK diketahui bahwa pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Barat menyentuh angka 5,48% y-o-y, aset bertumbuh 6,56%, serta DPK tumbuh 10,4% pada Triwulan I 2020. Namun seiring dengan itu, profil risiko kredit perbankan di jabar juga naik menjadi 3,03% dari 3,02% pada akhir 2019. Situasi pandemi yang masih terjadi memaksa perbankan lebih jeli dan hati-hati dalam menyusun strategi agar dapat terus bertumbuh.
Untuk mengantisipasi risiko dan memaksimalkan peluang ekspansi, bank bjb telah menyiapkan serangkaian opsi strategi ekspansi untuk digunakan dalam berbagai situasi, tak terkecuali menghadapi berbagai skenario situasi perkembangan pandemi di era new normal. Menghadapi new normal tersebut, bank bjb akan memanfaatkan lebih optimal layanan perbankan elektronik dan digital yang dimiliki perusahaan baik untuk nasabah personal maupun institusional.
Belakangan ini, bank bjb tengah getol-getolnya melahirkan beragam inovasi digital untuk memperkuat layanan usahanya. Dari mulai penyegaran tampilan dan layanan rumah aplikasi bjb DIGI, ekspansi kerja sama layanan E-Samsat hingga pematangan model pembayaran menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Dari segi produk, bank bjb akan memanfaatkan ruang untuk menyokong geliat perdagangan yang diprediksi menjadi salah satu sektor ekonomi yang paling cepat rebound setelah badai dampak sosial corona mereda. Penyaluran kredit terhadap UMKM menjadi strategi. Langkah penyaluran pembiayaan ini disertai juga dengan pendampingan untuk menjaga performa bisnis UMKM yang berpengaruh terhadap kualitas kredit. (*)