Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan, memberikan sambutan dalam gelar wicara Midyear Outlook 2025: Managing Risk & Sustainability in Economic Uncertainty & Cyberheist, yang diselenggarakan oleh Infobank Media Group, di Jakarta, Selasa, 24 Juni 2025. (Foto: Muhammad Zulfikar)
Jakarta – Ketidakpastian yang semakin tinggi membuat ekonomi dunia mengalami perlambatan. Perang dagang dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS), serta kondisi geopolitik yang kian memanas menjadi biang keladi melambatnya laju ekonomi dunia.
Lanskap bisnis turut berubah, terutama di sektor perdagangan. Kondisi ini diprediksi masih akan terus berlanjut karena disrupsi rantai pasok (supply chain disruption) semakin meningkat. Konflik di Timur Tengah yang semakin memanas turut mendorong kenaikan harga energi dan bahan pangan strategis.
“Posisi tiga bulan ke depan tidak ada yang bisa memastikan karena melihat pola dinamika geopolitik dan ekonomi global yang sangat cepat,” kata Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan, dalam gelar wicara Midyear Outlook 2025 dengan tema “Managing Risk & Sustainability in Economic Uncertainty & Cyberheist”, yang diselenggarakan Infobank Media Group, di Jakarta, Selasa, 24 Juni 2025.
Baca juga: Dampak Konflik Iran-Israel: Pemerintah Diminta Siap Hadapi Kenaikan Harga Migas
Budi menegaskan, dalam situasi saat ini, asuransi dan reasuransi menjadi penjamin atas ketidakpastian. Keduanya dibutuhkan untuk memberikan rasa aman sekaligus mendorong tumbuhnya rantai industri turunan. Adopsi PSAK117 juga dinilai dapat meningkatkan kredibilitas industri asuransi.
Untuk menjalankan perannya, industri asuransi harus menerapkan manajemen risiko secara menyeluruh. Saat ini, manajemen risiko bukan lagi pilihan, melainkan harus menjadi bagian dari strategi untuk menjaga berkelangsungan industri.
“Kepercayaan adalah mata uang yang paling mahal dalam kondisi yang tidak menentu seperti ini. Terlebih dengan risiko keamanan data, khususnya data-data personal dan data keuangan ketika industri keuangan, khususnya industri asuransi dan reasuransi mengadopsi teknologi sebagai tools operational business-nya,” terang Budi.
Baca juga: Meringankan Beban Co-Payment dengan Pendekatan Reasuransi
Oleh karena itu, pelaku industri perlu menerapkan sistem keamanan data sebagai bagian dari strategi pengembangan dan implementasi teknologi. Hal ini harus menjadi standard operational procedure (SOP) dalam setiap tahapan bisnis.
“Predictability is a power yang menjadi kekuatan dari industri asuransi dan reasuransi serta potensi perkembangan industri jasa keuangan pada umumnya. Upaya tata kelola, pedoman dan mekanisme peningkatan klaim cyber liability harus menjadi perhatian kita,” imbuhnya. (*) Ari Astriawan
Poin Penting Komdigi ajukan delisting delapan aplikasi yang diduga menyalahgunakan data nasabah pembiayaan kendaraan bermotor… Read More
Poin Penting IPCM bagikan dividen interim tahun buku 2025 sebesar Rp4,40 per saham atau total… Read More
Poin Penting TKD hingga November 2025 terealisasi Rp795,6 triliun atau 91,5 persen dari pagu APBN,… Read More
Poin Penting RUPSLB GPSO menyetujui perubahan susunan direksi dan dewan komisaris, termasuk pengunduran diri empat… Read More
Poin Penting RUPSLB Bank Mandiri pada 19 Desember 2025 resmi mengangkat Zulkifli Zaini sebagai Komisaris… Read More
Poin Penting RUPSLB Bank Mandiri (BMRI) 19 Desember 2025 memutuskan perombakan jajaran dewan komisaris, sementara… Read More