Jakarta – Disinformasi dan hoax tentang Covid-19 semakin mempersulit tenaga kesehatan dalam menangani pandemi. Bimo Ario Tejo, Peneliti Bioteknologi/Associate Professor di Universitas Putra Malaysia mengungkapkan bahwa hoax dan disinformasi di Indonesia memerlukan penanganan khusus.
“Kita ingat dulu SARS dan MERS berhasil dihentikan dengan pendekatan kesehatan masyarakat, karena waktu itu orang belum termakan hoax. Saat Covid, pendekatan kesehatan masyarakat saja tidak cukup. Kita harus memberikan penanganan khusus pada disinformasi ini,” ujar Bimo dalam diskusi virtual melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis, 4 Februari 2021.
Menurut Bimo, banyaknya hoax yang beredar dimasyarakat disebabkan oleh banyaknya informasi yang beredar di masyarakat serta keenganan untuk menyaring informasi sebelum menyebarkannya. Untuk itu, ia terus berupaya untuk mengedukasi masyarakat dengan aktif menulis di media sosial, koran, dan media massa lain.
“Setelah Covid dinyatakan pandemi, saya mulai aktif di sosial media, padahal sebelumnya tidak pernah. Banyak hal yang harus diluruskan dan sudah tanggung jawab saya sebagai peneliti untuk meluruskan disinformasi,” katanya.
Bimo juga mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu berkonsultasi pada ahli, seperti dokter dan tenaga kesehatan lain. Mempertanyakan kebenaran informasi kepada ahli akan mampu mengurangi disinformasi dan hoax yang menghambat penanganan Covid-19. (*) Evan Yulian Philaret