Singapura – Industri perbankan syariah terus menghadapi berbagai tantangan. Di samping menjaga pertumbuhan dan kualitas aset, ada 5 gap (kesenjangan) yang harus dilewati bank syariah di Indonesia.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menerangkan, gap pertama adalah geography gap. Ada kesenjangan terkait literasi dan inklusi di antara daerah di Indonesia. Kedua, ada generation gap. Ini berkaitan dengan generasi Y alias milenial. Implikasinya adalah terjadi gap pada komunikasi, dan knowledge.
Ketiga, technology gap. Kesenjangan sektor ini makin lebar. Financial technology (fintech) kian berkembang. Fintech tak bisa dibendung. Tapi bisa diajak berkolaborasi dengan bank.
Baca juga: BNI Syariah Raih Penghargaan Pertama di Tingkat Internasional
“Kami di BNI Syariah sudah mengantisipasi technology gap dengan membentuk divisi digital banking,” tutur Firman kepada wartawan di sela acara 12th Annual Best Financial Institution Awards yang diselenggarakan Alpha Southeast Asia Singapura di Shangrila Hotel, Singapura, Selasa, 18 September 2018.
Keempat, ada ecosystem gap di mana potensi halal ecosystem seperti tourism, fashion, maupun kuliner, belum semua terjangkau atau terlayani oleh bank syariah. Terakhir adalah leadership gap. Untuk maju dan berkembang, bank-bank syariah butuh pemimpin yang berpikir modern dan global.
“Gap ini jangan hanya dilihat sebagai kendala, melainkan peluang besar untuk tumbuh. Saya percaya bank syariah nantinya akan menjadi sumber kekuatan arus ekonomi baru,” tegas Firman. (Ari A)