Jakarta – Fundamental bisnis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terbukti tahan banting meski menghadapi situasi pandemi COVID-19. Emiten bersandi saham BBRI ini mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang cemerlang, juga diwarnai oleh aksi korporasi yang berdampak positif bagi perusahaan.
Mengawali tahun 2022, BRI Kembali mengambil langkah baru di bursa dengan aksi buyback saham senilai Rp3 triliun. President Director CSA Institute Aria Santoso mengatakan bahwa buyback yang akan ditempuh manajemen BRI menjadi katalis positif yang akan diapresiasi oleh investor di pasar modal.
Dengan demikian, saham BBRI diprediksi Aria memiliki potensi pertumbuhan yang meyakinkan dalam jangka Panjang. BRI juga memiliki profitabilitas kuat, tercermin dari raihan laba bersih perseroan yang sebesar Rp32,22 triliun atau tumbuh 75,53% year on year (yoy) pada tahun 2021.
“Masih bisa diharapkan bahwa manajemen mampu mengatasi kondisi saat ini untuk bertumbuh dan melewati masa krisis. Terbukti dari berbagai masa krisis yang sudah pernah diatasi di masa lalu. Kinerja saham BBRI masih akan bertumbuh secara jangka panjang,” ujarnya.
BRI juga dinilai Aria sanggup menjawab tantangan di industri perbankan secara meyakinkan pada tahun lalu. Hal ini tampak dari pertumbuhan kredit BRI yang mencapai 7,1% yoy atau diatas industri perbankan nasional sebesar 5,24% yoy.
Dari segi manajemen risiko, BRI berhasil mengendalikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 3,08%. Pengelolaan risiko yang solid tersebut juga ditunjang oleh NPL Coverage yang kuat di level 278,1%.
Dari segi pendanaan, BRI mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak ketiga (DPK) sebesar 7,1% yoy menjadi Rp1.138,7 triliun. Lebih rinci, Tabungan mendominasi sebesar Rp.497,68 triliun, Giro tercatat sebesar Rp.220,59 triliun, dan Deposito sebesar Rp.420,48 triliun.
Dengan kinerja yang sehat tersebut, Aria optimistis saham BBRI bisa menyentuh level Rp5.000. “Oleh karena itu angka target price di level 5.000 cukup realistis di saat ini. Bahkan skenario optimis sampai di level 5.250,” ujarnya optimistis.
Di saat yang bersamaan, BRI berupaya meningkatkan loyalitas InsanBRILian (Pekerja BRI) melalui skema Employee Stock Option Plan (ESOP) yang akan ditempuh dalam buyback senilai Rp3triliun mendatang. Aksi Buyback ini, lanjut Aria, juga mengindikasikan optimisme kinerja keuangan BRI.
Perkiraan nilai buyback tersebut belum termasuk biaya komisi perantara pedagang efek lainnya, yakni sekitar 0,33% dari nilai buyback. Buyback diperkirakan pada rentang 1 Maret 2022-31 Agustus 2023.
“Walaupun secara laporan keuangan akan terpengaruh di jangka pendek, kita berharap menjadi sentimen positif di jangka menengah. Secara jangka panjang, BBRI masih baik dijadikan salah satu pilihan investasi,” pungkasnya. (*)