Pasar Modal

Dinyatakan Pailit, BEI Bekukan Saham Sritex

Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham Sri Rejeki Isman alias Sritex (SRIL).

Penghentian sementara perdagangan saham Sritex tersebut berlaku di seluruh pasar, terhitung sejak sesi II perdagangan efek Senin, 28 Oktober 2024 hingga pengumuman lebih lanjut. 

Dilansir keterbukaan informasi BEI, Selasa (29/10), penghentian perdagangan saham Sritex berdasarkan Putusan atas Pembatalan Perdamaian pada Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Pengadilan Negeri Semarang kepada PT Sri Rejeki Isman Tbk dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg tanggal 21 Oktober 2024.

Selain itu, berdasarkan surat Perseroan nomor 012/CoS/X/2024/SRIL tanggal 25 Oktober 2024 perihal permintaan penjelasan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait pemberitaan media massa, terdapat informasi bahwa berdasarkan putusan dari Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang tanggal 21 Oktober 2024, menyatakan Perseroan selaku pihak termohon pembatalan homologasi berada dalam keadaan pailit.

Baca juga : Jadi Pemberi Utang Terbesar, Begini Respons BCA Soal Pailitnya Sritex

“Bursa mengumumkan penghentian sementara perdagangan efek Sri Rejeki Isman alias Sritex (SRIL) di seluruh Pasar terhitung sejak Sesi II Perdagangan Efek hari Senin, 28 Oktober 2024 hingga pengumuman bursa lebih lanjut,” tulis manajemen BEI.

Bursa pun meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan.

Pailit dan Utang ke-28 Bank

Sritex resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang lantaran diterpa utang yang menggunung di 28 bank. 

Mengutip laporan keuangan per semester I 2024, utang Sritex terbagi menjadi jangka pendek sebesar USD131,42 juta serta jangka panjang USD1,47 miliar. Utang didominasi oleh utang bank dan obligasi.

Adapun dari 28 bank tersebut, pos utang SRIL paling besar ada di PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Sritex mempunyai utang di BCA, baik jangka pendek dan jangka panjang.

Secara rinci, utang di BCA untuk jangka pendek senilai USD11,37 juta. Sedangkan yang bersifat jangka panjang senilai USD71,31 juta. Artinya, total utang Sritex di BCA tersebut menembus USD82,68 juta.  

Baca juga : Utang Sritex Menggunung di 28 Bank, BCA Paling Banyak!

Menanggapi hal tersebut, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, mengatakan bahwa, BCA akan menghormati proses dan putusan hukum dari PN Niaga tersebut dan juga menghargai langkah hukum kasasi yang sedang diajukan oleh Debitur yang bersangkutan.

“BCA terbuka untuk berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk dengan pihak kurator yang ditunjuk oleh pihak pengadilan dalam rangka mencapai solusi dan/atau penyelesaian terbaik bagi debitur dan seluruh kreditur yang ada,” ucap Hera dalam keterangan resmi dikutip, 29 Oktober 2024.

Selain BCA, utang Sritex juga ada di State Bank or India, Cabang Singapura dengan total kredit USD43,89 juta. 

Kemudian, ada PT Bank QNB Indonesia dengan nilai utang sebesar USD36,94 juta. Lalu, Citibank NA dengan total kredit sebesar USD35,83 juta. 

PT Bank Mizuho Indonesia menutup urutan kelima kreditur Sritex dengan akumulasi kredit sebesar USD33,7 juta.

Berikut daftar utang bank jangka panjang Sritex per Juni 2024 :

1. PT Bank Central Asia Tbk – USD71.309.857
2. State Bank of India, Singapore Branch – USD43.881.272
3. PT Bank QNB Indonesia Tbk – USD36.939.779
4. Citibank N.A., Indonesia – USD35.828.895
5. PT Bank Mizuho Indonesia – USD33.709.712
6. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk – USD33.270.249
7. PT Bank Muamalat Indonesia – USD25.450.735
8. PT Bank CIMB Niaga Tbk – USD25.339.757
9. PT Bank Maybank Indonesia Tbk – USD25.164.698
10. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah – USD24.802.906
11. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk – USD23.807.151
12. Bank of China (Hong Kong) Limited – USD21.775.703
13. PT Bank KEB Hana Indonesia – USD21.531.858
14. Taipei Fubon Commercial Bank Co., Ltd. – USD20.000.000
15. Woori Bank Singapore Branch – USD19.870.570
16. Standard Chartered Bank – USD19.570.364
17. PT Bank DBS Indonesia – USD18.238.799
18. PT Bank Permata Tbk – USD16.707.799
19. PT Bank China Construction Indonesia Tbk – USD14.912.907
20. PT Bank DKI – USD9.130.551
21. Bank Emirates NBD – USD9.614.459
22. ICICI Bank Ltd., Singapore Branch – USD6.959.350
23. PT Bank CTBC Indonesia – USD6.950.110
24. Deutsche Bank AG – USS6.821.159
25. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk – USD4.970.990
26. PT Bank Danamon Indonesia Tbk – USD4.519.552
27. PT Bank SBI Indonesia – USD4.380.882
28. MUFG Bank, Ltd. – USD23.777.384. (*)

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Milenial Merapat! Begini Cara Mudah Memiliki Rumah Tanpa Beban Pajak

Jakarta - Pemerintah telah menyediakan berbagai program untuk mendorong industri perumahan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah… Read More

4 hours ago

Indonesia Dorong Komitmen Pendanaan Iklim yang Lebih Adil di COP29

Jakarta – Indonesia dan negara berkembang lainnya menuntut komitmen lebih jelas terhadap negara maju terkait… Read More

4 hours ago

Kapal Milik PHE OSES Selamatkan 4 Nelayan yang Terombang-Ambing di Laut Lampung Timur

Jakarta – Kapal Anchor Handling Tug and Supply (AHTS) Harrier milik Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE… Read More

5 hours ago

Bos Bangkok Bank Ungkap Alasan di Balik Akuisisi Permata Bank

Bangkok – Indonesia dianggap sebagai pasar yang menarik bagi banyak investor, khususnya di kawasan Asia… Read More

5 hours ago

Dukung Program 3 Juta Rumah, BI Siapkan Dua Kebijakan Ini

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mendukung program pembangunan 3 juta rumah Presiden Prabowo Subianto yang… Read More

6 hours ago

Koperasi Konsumen Bank Nagari jadi Role Model Holdingisasi Koperasi

Padang - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono mengapresiasi kinerja Koperasi Konsumen Keluarga Besar (KSUKB)… Read More

7 hours ago