Jakarta – Pandemi telah mengakselerasi transformasi digital lanskap perbankan global, termasuk di Indonesia. Sayangnya, populasi underbanked di Tanah Air, terbilang masih tinggi. Sehingga banyak di antara mereka yang terjerat pada pinjaman ilegal.
Kehadiran bank digital diklaim dapat membantu memberikan solusi dan mendukung produktivitas kalangan underbanked sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Tigor M. Siahaan, Direktur Utama Superbank memandang, bahwa baik perbankan digital maupun perbankan konvensional memiliki peluang besar, tapi pasarnya berbeda. Sebagai bank dengan layanan digital, pihaknya fokus memberikan solusi terhadap masalah akses pembiayaan yang dihadapi masyarakat.
“Dimulai dengan ekosistem kami terlebih dahulu. Kami mengetahui data dan flow transaksi merchant, kios dan warung di ekosistem kita sehingga kami dapat lebih fokus pada UMKM dan segmen ritel. Data yang telah terintegrasi itu merupakan aset yang unik, yang dapat digunakan oleh Superbank untuk melakukan assesment atau credit scoring terhadap nasabah-nasabah tersebut,” kata Tigor dikutip, Rabu, 21 Juni 2023.
Menurutnya, segmen unbanked dan underbanked membutuhkan akses keuangan untuk meningkatkan taraf hidup mereka bersama keluarganya.
“Seperti untuk membayar biaya sekolah anak-anak atau memperluas warung atau kios mereka tetapi tidak memiliki akses ke pembiayaan, merekalah yang ingin dibantu oleh Superbank,” tambahnya.
Tigor menekankan, pentingnya ekosistem grup dalam mendukung pertumbuhan bisnis Superbank. Dia menganalogikan data yang terkumpul dalam ekosistem grup sebagai kumpulan resep makanan bagi Superbank.
“Dengan data-data tersebut, mereka ingin ‘memasak’ atau membangun model credit scoring yang kuat dan kredibel, serta memberikan layanan yang lebih terarah ke segmen-segmen yang difokuskan. Jadi, datanya ada, resepnya tersedia, kami hanya perlu ‘memasaknya’,” jelasnya.
Privasi data pelanggan juga menjadi perhatian Superbank. Penting halnya dalam mengedukasikan nasabah mengenai pentingnya privasi data.
“Harus ada informasi yang jelas dan terbuka dari bank dan pihak penyedia jasa keuangan kepada para nasabah. Ini salah satu yang membedakan bank digital berlisensi dengan penyedia jasa keuangan ilegal,” kata Tigor.
Dia mengimbau nasabah untuk selalu waspada dan cermat ketika membaca syarat dan ketentuan sebelum mereka memberikan persetujuan dan mendaftar ke aplikasi apa pun.
“Dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi, ancaman serangan siber menjadi salah satu hal yang perlu diantisipasi,” kataya.
Untuk itu, perlunya adanya kolaborasi antarpemain di industri perbankan dan para pemangku kepentingan dalam mengatasi ancaman keamanan siber. Selain itu, peran regulatorjuga amat penting bagi pertumbuhan industri perbankan digital dan perekonomian di Tanah Air.
“Menurut saya, OJK sangat suportif. Mereka memahami dinamikanya, dan memahami bahwa segmen underbanked itu besar. Meski begitu, ada satu hal yang menurut saya juga amat penting untuk menjadi fokus, bagaimana kita mengembangkan talent pool di Tanah Air, memastikan talenta-talenta terbaik di negeri ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tutupnya.(*)