Digitalisasi Jadi ‘Ikat Pinggang’ Allianz Hadapi Pandemi

Digitalisasi Jadi ‘Ikat Pinggang’ Allianz Hadapi Pandemi

Jakarta – Pandemi Covid-19 telah berdampak negatif terhadap sendi-sendi perekonomian. Dalam hal ini, lembaga jasa keuangan seperti industri asuransi pun ikut terkena imbasnya. Untuk itu, industri asuransi harus bisa berpikir agar bisnisnya tetap jalan. Namun, selalu ada berkah dibalik tantangan tersebut. Akibat pandemi dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), masyarakat semakin melek dengan teknologi.

Melihat masyarakat yang semakin melek dengan teknologi, industri asuransi pun berlomba-lomba mengimplementasikan digitalisasi pada layanannya. Tak terkecuali Asuransi Allianz Life Indonesia yang mengencangkan ikat pinggangnya untuk fokus dalam pengembangan digitalisasi pada layanannya. Pasalnya, pengadopsian teknologi pada industri asuransi, juga menjadi nilai tambah bagi perusahaan asuransi. Dengan pengaplikasian digital, akan membuka pintu bagi para nasabah yang selama ini belum atau tidak mampu terangkul oleh industri asuransi.

“Sebenarnya Covid-19 ini memberikan berkah sehingga adopsi terhadap digital ini bisa menjadi lebih cepat. Solusi digital ini justru menjadi opportunity buat kita untuk membuat banyak masyarakat Indonesia terekspos produk asuransi. Harapan kita, dengan inovasi yang marak sekarang ini akan bisa menjangkau seluruh customer,” ujar Director & Chief Partnership Distribution Officer Allianz Life Indonesia, Bianto Surodjo dalam sebuah diskusi belum lama ini.

Bianto melanjutkan, saat ini peluang asuransi di Indonesia masih terbuka sangat lebar. Di mana, penetrasi asuransi di Indonesia baru mencapai 2% dari jumlah pendapatan produk domestik bruto (PDB) nasional di 2019. Tentu saja, sambung dia, hal ini membuka peluang yang sangat besar dan memberikan suatu added value kepada masyarakat Indonesia. Karena asuransi pada dasarnya adalah hal yang berguna untuk melindungi kehidupan seseorang. Maka dari itu, masyarakat diharapkan dapat melek asuransi.

Digitalisasi memang terus berkembang dengan sangat pesat, tak terkecuali pada industri asuransi. Disrupsi teknologi yang kian deras juga sempat mengancam peran agen pemasar asuransi. Walaupun begitu, ke depannya peran agen masih dibutuhkan. Menurut Bianto, produk asuransi sangat bervariasi dan spektrumnya sangat luas. Mulai dari produk yang sederhana hingga produk yang complicated, misalnya lecacy produk asuransi yang basicnya unit link dan sebagainya. Maka dari itu, tegas dia, peran agen asuransi masih akan dibutuhkan di era digitalisasi ini.

“Kalau kita bicara mengenai jangka panjang, saya rasa masing-masing mempunyai peran tersendiri,” kata Bianto.

Lebih lanjut Ia menambahkan, kalau berbicara produk sederhana mungkin bisa dijual sepenuhnya melalui kanal digital. Namun, untuk produk yang kompleks ini masih membutuhkan peran penting dari agen pemasar serta bank. Karena, sebagian masyarakat masih belum memahami akan produk khususnya yang berkaitan dengan investasi, jika tidak dibantu dengan informasi yang lebih jelas yang diberikan oleh agen.

“Jadi, ada dua spektrum. Untuk yang sederhana, digital sudah pasti akan berkembang sangat cepat. Karena, customer sudah baca sedikit langsung mengerti. Tapi, produk yang lebih kompleks yang mengandung unsur investasi atau semacamnya, peran agen dan bank masih sangat penting,” ucap Bianto.

Allianz kuasai 30% pangsa pasar digital insurance di e-commerce

Allianz Indonesia terus menghadirkan inovasi digital dan ragam produk yang inklusif guna dapat menjangkau lebih banyak masyarakat untuk bisa berasuransi. Selain fokus pada pertumbuhan premi, perseroan juga menaruh fokus pada pertumbuhan jumlah masyarakat yang mendapat perlindungan. Salah satu upayanya, dengan menjalin kolaborasi bersama Gopay. Kolaborasi ini berupa perlindungan asuransi jiwa berjangka bebas premi yang memberikan perlindungan terhadap berbagai macam risiko, termasuk perlindungan terhadap Covid-19. Kerjasama tersebut direalisasikan lewat program #ProteksiCumaCuma bagi para pengguna GoPay Plus.

Allianz mengklaim bahwa pihaknya telah menguasai lebih dari 30% pangsa pasar digital insurance di e-commerce hingga semester II 2020. “Kolaborasi bersama GoPay ini semakin mengukuhkan posisi Allianz Indonesia sebagai insurance leader di kategori e-commerce atau digital, dimana hingga semester II-2020 ini Allianz menguasai market share lebih dari 30%,” tukas Bianto.

Dirinya menjelaskan, kerjasama bersama Gopay memberi proteksi pada usia tertanggung maksimal 65 tahun. Manfaat perlindungan berupa Uang Pertanggungan sebesar Rp1 juta apabila terjadi risiko kematian yang disebabkan oleh sakit, termasuk Covid-19 dan akibat kecelakaan. Selain itu, penawaran itu juga dilengkapi fitur gratis satu kali telekonsultasi dokter umum, bekerja sama dengan Halodoc. Pihaknya akan terus melakukan sinergi dan kolaborasi dengan mitra digital seperti GoPay, untuk mempelajari kebutuhan pasar dan mencari peluang terbaik agar dapat hadir dengan dengan ragam solusi dan inovasi yang tepat guna.

“Kami yakin, strategi kami ini mampu mendongkrak penetrasi asuransi di Indonesia dan mempercepat laju inklusi keuangan di tengah pandemi saat ini,” tutup Bianto. (*)

Related Posts

News Update

Top News