Jakarta – Pangsa pasar (market share) perbankan syariah Indonesia belum beranjak dari kisaran 7%. Digitalisasi membuka peluang bagi perbankan syariah untuk memperbesar pangsa pasar. Apalagi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia mempunyai potensi pasar sangat besar. Tapi perbankan syariah juga harus memiliki business model yang solid dan teruji agar terus tumbuh berkelanjutan.
Pengamat Ekonomi Syariah dari Universitas Indonesia (UI), Yusuf Wibisono mengatakan, transformasi digital memang menjadi keharusan mengingat kebiasaan digital masyarakat semakin berkembang. Perbankan syariah harus melakukan transformasi digital untuk menghadapi persaingan dengan bank konvensional ataupun bank syariah lainnya, juga pemain lain seperti fintech dan bank digital.
“Yang perlu digarisbawahi, digitalisasi merupakan cara, bukan tujuan. Digitalisasi hanya alat, yang menentukan keberhasilan bisnis tetap business model yang solid dan teruji. Perbankan syariah harus mengoptimalkan layanan digital untuk mentransformasi bisnis mereka, harus ada tujuan strategis yang ingin dicapai dari sekadar being digital,” ujar Yusuf kepada Infobank, beberapa waktu lalu.
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) ini menyarankan pelaku perbankan syariah serius membangun business model yang fokus, misal berspesialisasi di pembiayaan pertanian, UMKM, perumahan dan segmen potensial lainnya. Tantangan bagi perbankan syariah ke depan tidak hanya digitalisasi, namun yang lebih penting adalah bagaimana pertumbuhan organik diraih melalui business model yang teruji dan berdaya tahan menghadapi krisis.
Terkait market share perbankan syariah yang baru menyentuh 7%, Yusuf menilai dikarenakan masih dominannya pendekatan bottom up dan minimnya dukungan pemerintah. Jika ingin lebih serius meningkatkan market share perbankan syariah, ke depan porsi pendekatan top down harus semakin diperbesar. Langkah paling minimal yang bisa dilakukan pemerintah adalah tidak bersaing dengan perbankan syariah dalam memperebutkan “dana – dana syariah” seperti dengan penerbitan sukuk yang sangat masif.
Bank Maybank Indonesia menjadi salah satu bank yang paling gencar mendorong perkembangan segmen syariah. Hal ini dapat dilihat dari unit usaha syariah (UUS) Maybank Indonesia yang berkontribusi sekitar 26% terhadap total aset induknya pada kuartal I-2023. UUS Maybank Indonesia juga berkontribusi sebesar 31% terhadap total laba bersih perseroan. Dibandingkan UUS-UUS lainnya, UUS Maybank Indonesia menjadi yang tertinggi kontribusinya terhadap induk usaha. Rata-rata UUS di Indonesia hanya berkontribusi sekitar 6%-7% terhadap induk usahanya.
“Ini yang menjadi faktor positif. Kontribusi dari aset syariah terhadap portofolio Maybank sudah mencapai 26 persen,” ujar Taswin dalam public expose Maybank Indonesia, 23 Mei 2023 lalu.
Laju kencang mesin bisnis UUS Maybank Indonesia tidak lepas dari kesiapan infrastruktur, termasuk platform digitalnya, baik M2U untuk nasabah individu, maupun M2E bagi nasabah korporasi. Platform-platform digital ini menjadi perpanjangan tangan Maybank Indonesia dalam memberikan layanan perbankan, termasuk untuk produk dan layanan syariah.
Tahun lalu, Maybank Indonesia meningkatkan belanja modal dan investasi untuk bidang teknologi, mencakup keamanan siber, modernisasi teknologi informasi, dan pengembangan aplikasi baru guna mendukung pertumbuhan bisnis. Kinerja platform digital Maybank Indonesia juga tumbuh solid pada 2022. Transaksi melalui platform M2U mengalami kenaikan 23,9% menjadi 17,9 juta transaksi. Nilai transaksinya pun naik 28,3% menjadi Rp98,41 triliun. Sedangkan dari sisi pengguna baru mengalami lonjakan hingga 400%. Sedangkan transaksi di M2E tercatat tumbuh 24,4%, atau menjadi 4,3 juta transaksi, dengan nilai transaksi mencapai Rp711,81 triliun, atau tumbuh 22,2%. Pengguna M2E pun mengalami kenaikan 7,3% menjadi 3.084 users.
Maybank Indonesia memang dikenal sebagai bank yang mengedepankan pengembangan syariah. Maybank Indonesia menjadi yang pertama di Indonesia dalam menerapkan strategi shariah first. Di semua lini bisnisnya, Maybank Indonesia mengutamakan solusi keuangan syariah. Artinya, nasabah akan ditawarkan solusi keuangan syariah lebih dahulu. Selanjutnya ada leverage model atau sinergi perbankan. Semua infrastruktur milik Maybank Indonesia, termasuk kantor cabang konvensional bisa digunakan untuk memberikan layanan perbankan syariah. Pun demikian dengan platform digitalnya.
Lalu ada pula pendekatan atau approach bahwa perbankan syariah itu inklusif untuk semua kalangan. Prinsip syariah tidak hanya untuk umat muslim, tapi untuk semua kalangan. Prinsp-prinsip syariah seperti transparansi, keadilan, dan fairness sebenarnya adalah prinsip yang universal.
Sebagai informasi, mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 2022, porsi aset perbankan syariah naik 15,63% year on year (yoy), atau menjadi Rp802,26 triliun. Namun jumlah tersebut baru 7,09% jika dibandingkan total aset perbankan nasional yang mencapai Rp11,11 kuadriliun. Meski terbilang masih rendah, namun tren pertumbuhan bank syariah bisa dibilang sudah on the track. Porsi aset perbankan syariah terus meningkat dari tahun ke tahun. (*) Ari Astriawan