Jakarta – Prospek pasar obligasi Indonesia tahun depan diyakini masih positif di tengah ketidakpastian ekonomi domestik hingga global yang makin tak menentu.
Hal tersebut diungkapkan Deputy CEO/Chief Risk Officer Credit Guarantee & Investment Facility (CGIF) Mitsuhiro Yamawaki dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.
Dia sangat optimis terhadap outlook pasar obligasi Tanah Air pada 2025. Pasalnya, menurut Mitsuhiro, pasar obligasi di Indonesia memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Bahkan, ada sejumlah investor yang sangat berminat berinvestasi pada surat utang korporasi.
“Banyak investor asuransi, dana pensiun, mereka sangat minat sekali berinvestasi surat utang korporasi dengan peringkat yang tinggi dan tenor yang lebih panjang,” ujar Mitsuhiro.
Meski demikian, lanjut Mitsuhiro, pasar obligasi Tanah Air masih dihadapkan sejumlah tantangan. Banyak perusahaan lokal yang belum bisa menerbitkan obligasi dengan rating yang bagus. Padahal, bagi sebagian perusahaan, penerbitan obligasi bisa menjadi solusi pendanaan dalam meningkatkan kinerja perseroan.
Baca juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Capai Rp94,9 T hingga September 2024, Ini Detailnya
“Banyak yang mungkin belum bisa menerbitkan obligasi dengan rating-rating yang bagus. Karena dengan menerbitkan obligasi dengan rating bagus, bisa menarik investor berinvestasi,” ungkap Mitsuhiro.
“Jadi, aliran modal bisa jadi sirkuler di dalam pasar investasi lokal, sehingga memperkuat ketahanan ekonomi lokal, tanpa perlu bergantung pendaaan dari luar negeri,” tambahnya.
Hingga saat ini, CGIF telah mendukung penerbitan obligasi untuk lebih dari 10 perusahaan di Indonesia melalui penawaran saham perdana di pasar lokal dalam mata uang rupiah serta penerbitan obligasi lintas negara.
Baru-baru ini, CGIF juga berhasil membantu melakukan penjaminan atas penerbitan menerbitkan obligasi dalam mata uang rupiah untuk PT Adhi Commuter Properti Tbk, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk, dan PT Hartadinata Abadi Tbk.
“Dengan jaminan kami, obligasi tersebut mendapat peringkat AAA dari PEFINDO dan berhasil menarik investor domestik,” jelasnya.
Sejak berdiri 2010, CGIF telah membantu para penerbit obligasi untuk mengakses sumber pendanaan dan menerbitkan obligasi senilai lebih dari USD3,8 miliar di seluruh kawasan ASEAN+3.
“Kami telah membantu 53 persen rekanan untuk memasuki pasar modal sebagai sumber pendanaan baru lewat penerbitan obligasi perdana mereka,” ujar Vice President Operations CGIF, Anuj Awasthi di kesempatan yang sama.
Dia melanjutkan, CGIF juga aktif terlibat dalam edukasi mengenai pasar obligasi di Indonesia. Tahun ini, kata Anuj, pihaknya berpartisipasi dalam 7 konferensi dan seminar untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pasar.
Baca juga: MAMI: Outlook Pemangkasan BI Rate jadi Potensi Menarik bagi Pasar Obligasi
“Kami akan memperdalam dan memperluas hubungan kami dengan para investor untuk membangun kemitraan jangka panjang,” ujarnya.
Sekadar informasi, CGIF merupakan pengelola dana amanah (trust fund) Asian Development Bank (ADB), yang didirikan oleh pemerintah negara ASEAN dan tiga negara lainnya yakni China, Jepang dan Korea atau yang disebut ASEAN+3 Governments.
CGIF memiliki peringkat kredit internasional AA dari S&P sehingga obligasi emiten yang dijamin berpotensi mendapat peringkat kredit tinggi. (*)