Moneter dan Fiskal

DEN Beri Rekomendasi Antisipasi ke Presiden Prabowo Menghadapi Kebijakan Trump

Jakarta – Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menyampaikan sikap Indonesia dalam menghadapi dinamika global, khususnya terkait kebijakan perdagangan yang diambil oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di periode keduanya. 

Dengan pendekatan yang lebih agresif, Trump 2.0 telah menerapkan tarif baru terhadap Meksiko, Kanada, dan China dalam kurun waktu kurang dari 15 hari setelah pelantikannya.

Indonesia tetap waspada terhadap kemungkinan menjadi target kebijakan tarif AS, terutama karena defisit perdagangan AS terhadap Indonesia menempati peringkat ke-15, di bawah Malaysia dan di atas Swiss. Oleh karena itu, strategi mitigasi harus segera disiapkan. 

Anggota DEN, Chatib Basri, menegaskan bahwa Indonesia akan tetap menjaga hubungan perdagangan yang seimbang dengan AS. 

“Indonesia dapat mengadopsi pendekatan yang lebih proaktif dalam menjaga hubungan perdagangan dengan AS, termasuk dengan meningkatkan impor produk strategis seperti pesawat, LNG, dan produk pertanian. Selain itu, perhatian juga perlu diberikan terhadap perusahaan AS yang berinvestasi di Indonesia, yang menghadapi tantangan regulasi di dalam negeri,” kata Chatib dikutip Jumat, 7 Februari 2025.

Baca juga: DPR Soroti Pelemahan Rupiah Akibat Kebijakan Trump

Selain hubungan dengan AS, lanjut Chatib, Indonesia juga bersikap waspada dalam menghadapi dinamika yang terjadi di BRICS. AS secara terang-terangan menyatakan akan menekan negara-negara yang berusaha menggantikan dolar sebagai mata uang utama perdagangan internasional.

Namun, data menunjukkan bahwa meskipun porsi dolar dalam cadangan devisa global turun, perubahan ini lebih disebabkan oleh dinamika pasar daripada upaya nyata untuk menggantikan dolar. 

“Posisi Indonesia harus tetap netral dan seimbang, dengan menegaskan bahwa keanggotaan di BRICS bukan berarti mendukung dedolarisasi, melainkan untuk memperluas peluang perdagangan dan investasi,” lanjutnya.

Perang dagang yang kembali memanas antara AS dan China berpotensi mendorong relokasi industri ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Untuk dapat menangkap peluang ini, Indonesia harus segera melakukan pembenahan dalam berbagai aspek, seperti penyederhanaan regulasi, percepatan reformasi struktural, dan digitalisasi layanan.

“Saat ini, banyak investor global masih melihat kompleksitas regulasi di Indonesia sebagai tantangan utama. Oleh karena itu, reformasi struktural harus terus dipercepat, termasuk deregulasi, digitalisasi layanan, serta penguatan kawasan ekonomi khusus,” tegas Chatib.

Selain itu, terusnya, kebijakan moneter AS juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Jika The Fed memutuskan untuk menahan atau bahkan menaikkan suku bunga, maka imbal hasil obligasi AS akan meningkat, yang dapat mendorong penguatan dolar dan mempersempit ruang kebijakan moneter Indonesia.

Oleh karena itu, stabilitas rupiah harus menjadi prioritas, termasuk melalui optimalisasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) untuk mengurangi tekanan eksternal terhadap mata uang nasional.

Baca juga: Begini Cara Pemerintah Antisipasi Dampak Kebijakan Trump 2.0 terhadap Ekonomi RI

“Dalam menghadapi ketidakpastian global, Indonesia akan memperkuat kerja sama dengan ASEAN sebagai blok ekonomi yang solid dalam merespons dinamika perdagangan dunia. Selain itu, diversifikasi pasar menjadi langkah strategis yang harus diprioritaskan, dengan meningkatkan kemitraan dengan Uni Emirat Arab, Uni Eropa, dan China. Dengan memastikan bahwa pasar ekspor tidak bergantung pada satu negara tertentu, Indonesia dapat mengurangi risiko dari ketidakstabilan kebijakan dagang global,” jelas Chatib.

Chatib menegaskan bahwa Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga hubungan yang saling menguntungkan dengan AS, tetapi dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional. Daya saing, iklim investasi yang lebih baik, serta kebijakan yang konsisten dan responsif menjadi kunci bagi Indonesia untuk terus bertumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Pemerintah akan terus berupaya memastikan stabilitas ekonomi dengan memperkuat kerja sama internasional, memperbaiki regulasi investasi, serta menyiapkan kebijakan perdagangan yang adaptif agar Indonesia tetap kompetitif di pasar global,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

9 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

10 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

12 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

13 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

13 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

16 hours ago