Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi APBN 2020 yang masih mengalami defisit 1,1% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau mencapai Rp179,1 triliun hingga 31 Mei 2020.
Hal tersebut terjadi lantaran angka penerimaan negara yang hanya terkumpul Rp664,3 triliun atau 37,7% dari target APBN 2020 perubahan yang diatur dalam dalam Perpres 54/2020 yakni senilai Rp1.760,9 triliun.
“Kita lihat sampai akhir Mei penerimaan negara alami kontraksi. Seperti yang disampaikan, akan ada ekspektasi terjadi kontraksi penerimaan dibandingkan tahun lalu akibat covid-19,” kata Menteri Keuagan Sri Mulyani saat memaparka APBN Kita di Jakarta, Selasa 16 Juni 2020.
Dirinya mengatakan, angka penerimaan negara tersebut tercatat terkontraksi 9% dibandingkan tahun lalu. Adapun pendapatan tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp526,2 triliun dan PNBP sebesar Rp136,9 triliun. Penerimaan perpajakan tercatat kontraksi 7,9% dibanding tahun lalu dan PNBP tumbuh 13,6%.
Sementara itu, untuk realisasi belanja negara hingga 31 Mei 2020 tercatat mencapai Rp843,9 triliun atau 32,3% terhadap target APBN Perubahan 2020 yang senilai Rp2.613,8 triliun. Realisasi belanja negara tersebut hanya tumbuh 1,4% dari tahun lalu. Lebih rinci, belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat tercatat tumbuh 3,4% yang sebesar Rp 537,3 triliun. Sementara transfer ke daerah dan dana desa terealisasi sebesar Rp306,6 triliun atau tumbuh 5,7%. (*)
Editor: Rezkiana Np