Jakarta – DBS Group Research memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2017 akan menunjukkan inflasi sebesar 3,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) atau naik tipis dibandingkan dengan inflasi tahunan Februari 2017 yang sebesar 3,83 persen.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Ekonom DBS Bank Gundy Cahyadi dalam risetnya, di Jakarta, Senin, 27 Maret 2017. Menurutnya, laju inflasi juga berisiko melewati 4 persen, jika tidak disertai penanganan memadai untuk menurunkan tekanan harga dari kelompok bahan makanan.
“Inflasi secara bertahap meningkat lebih tinggi tahun ini. Melihat laju inflasi sekarang, Indeks Harga Konsumen bisa menyentuh hingga 5 persen di akhir tahun,” ujar Gundy.
Dia menilai, tekanan inflasi terbesar di 2017 bersumber dari kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices), sejalan dengan keinginan pemerintah yang akan menyesuaikan besaran subsidi energi di tahun ini. Hal tersebut, diprediksi bakal memberi tekanan pada laju inflasi di 2017.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, salah satu tekanan inflasi akan bersumber dari tarif transportasi dan juga kelompok perumahan. Menurutnya, tarif kelompok transportasi pada Februari sudah meningkat 3,1 persen (yoy), yang merupakan peningkatan tertinggi sejak akhir 2015.
Ke depan, tekanan dari sektor transportasi diperkirakan akan meningkat. Pasalnya, di pertengahan tahun terdapat potensi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak menyusul kenaikan harga minyak dunia. “Inflasi dari kelompok peruamhan juga bisa meningkat karena penyesuaian subsidi listrik,” ucapnya.
Selain itu, inflasi inti (core inflation) juga diperkirakan akan naik menjadi 3,4 persen dari 3,1 persen di Desember 2016, karena tingginya konsumsi masyarakat. DBS perkirakan inflasi tahun ini diperkirakan berada di 4,5 persen (yoy) dan dapat meningkat menjadi 5,1 persen (yoy) pada 2018, yang salah satunya dipengaruhi oleh harga minyak. (*)