News Update

DBS Indonesia Salurkan Pembiayaan Rp24 Miliar untuk Startup Berdampak Sosial

Jakarta - PT Bank DBS Indonesia terus melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, sebagaimana yang menjadi salah satu pilar keberlanjutan atau environmental, social, and governance (ESG) global.

Melalui berbagai program, seperti DBS Foundation Grant Program dan yang terbaru, Blended Finance, DBS Indonesia terus mendorong unsur keberlanjutan di masyarakat melalui pendanaan dan pendampingan kepada pelaku-pelaku bisnis sosial dari seluruh Indonesia.

Terbaru, melalui program Blended Finance, DBS Indonesia menyalurkan pembiayaan kepada Adena Coffee selaku startup sosial yang bergerak di bidang produksi kopi melalui pemberdayaan komunitas petaninya.

Ini sekaligus menjadikan Adena Coffee sebagai partisipan pertama pada program Blended Finance. Berbeda dengan DBS Foundation Grant yang sepenuhnya pemberian dana hibah, Blended Finance sendiri adalah program pembiayaan komersial tanpa agunan yang digabung dengan DBS Foundation Grant, dengan skema pembiayaan 50 persen dari dana hibah Foundation Grant dan 50 persennya lagi dari pinjaman komersial.

Bank DBS Indonesia sendiri mengalokasikan total pendanaan senilai SGD2 juta atau sekitar Rp24 miliar melalui skema blended finance, sebuah solusi pendanaan tanpa jaminan.

Baca juga: Bank DBS dan UOB Indonesia Kucurkan Pinjaman Rp6,7 T untuk Bangun Pusat Data di Batam

“Dari pengalaman kami, kami pernah ketemu dengan sejumlah model pinjaman. Yang non-collateral (jaminan), itu bunganya double dari bunga bank. Tapi kalau ini (Blended Finance), sangat kompetitif, mungkin agak di bawah bunga bank konvensional,” ujar Founder dan CEO Adena Coffee, Abyatar saat ditemui pada konferensi pers Blended Finance Signing Ceremony antara DBS Indonesia dan Adena Coffee di Jakarta, Selasa, 24 Juni 2025.

Abyatar katakan lebih lanjut, mengingat ini tanpa jaminan atau agunan, maka proses persyaratan pengajuan pinjamannya pun cukup ketat.

Selanjutnya, Abyatar menerangkan bahwa dana hibah dan pinjaman dari DBS Indonesia tersebut akan digunakan Adena Coffee untuk membiayai pelatihan petani dengan target 500 petani kopi skala kecil di Gayo, Flores, Bali, dan Jawa Barat; serta pembangunan platform untuk mematuhi European Deforestation Regulation (EUDR).

Lalu, mendirikan pusat produksi dan pelatihan serbaguna; serta membangun fasilitas Wet Mill dan fermentasi baru untuk melatih petani dalam penerapan metode pengolahan basah dan fermentasi yang tepat, guna memastikan hasil panen yang konsisten dan berkualitas tinggi. Adena Coffee sendiri saat ini telah bekerja dengan lebih dari 2.000 petani kopi di 30 desa lebih.

Baca juga: Proyek Pusat Data, Bank DBS Indonesia-UOB Indonesia Sediakan Pinjaman Rp6,7 Triliun

“Supaya kami bisa mengolah kopi lebih banyak, yang berarti kami bisa menampung hasil petani lebih banyak. Itu tiga hal utama yang kita sasar bersama,” sambung Abyatar.

Di sisi lain, Executive Director, Head of SME, Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia, Angela Thenaria menyatakan bahwa keputusan DBS Indonesia dalam memilih Adena Coffee untuk ikut program Blended Finance, tak bisa dipisahkan dari semangat Adena Coffee untuk menyejahterakan masyarakat rentan, selain model bisnisnya yang inovatif dan memiliki potensi untuk ekspansi.

“Bedanya Blended Finance dengan pembiayaan biasa adalah yang bisa dibiayai ialah social enterprise, penerima Blended Finance adalah yang sudah menerima hibah DBS Foundation Grant, serta beroperasi 2 tahun lebih dengan keuangan yang cukup baik,” imbuh Angela.


Sementara itu, Head of Group Strategic Marketing and Communications Bank DBS Indonesia, Mona Monika mengatakan jika DBS Indonesia juga menerapkan requirement khusus dalam penyaluran dana hibah maupun Blended Finance.

Penilaiannya salah satunya terletak pada bagaimana bisnis sosial yang ada menggunakan dana yang telah diberikan oleh DBS Indonesia, dimana para entrepreneur sosial ini dipantau dan diwajibkan membuat laporan berkala terkait pertanggung jawaban penggunaan dana yang diterima.

“Dalam mengukur hal itu, kita minta mereka membaginya dalam milestone. Misalnya, jumlah sekian dipakai untuk apa. Itu pun dikasih timeline, berapa lama setiap milestone. Nah, jadi dana yang diterima sesuai dengan kebutuhan per milestone,” jelas Mona.

Di samping itu, pihaknya juga mengukur seberapa besar dampak ESG yang diberikan para penerima dana di setiap milestone-nya.

“Misalnya Adena mungkin pemberdayaan komunitas, baik pemberdayaan farmer, pemberdayaan komunitas sekitarnya, atau pengukuran lainnya dari segi lingkungan. Misalnya, menciptakan perkebunan yang sehat,” sebutnya. (*) Steven Widjaja

Halaman12

Page: 1 2

Galih Pratama

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

7 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

7 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

9 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

10 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

10 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

11 hours ago