Jakarta – Siapa sangka, berawal dari kecintaan terhadap produk fashion dan jeli melihat peluang produk kulit berkualitas Indonesia, usaha kerajinan tas kulit asal Depok, Jawa Barat dengan merek Adisher Leather, mampu menembus pasar mancanegara.
Sang pemilik usaha, Adinda Sheila melihat kerajinan tas kulit yang dihasilkan perajin lokal tak kalah mentereng kualitasnya dengan produk tas high end. Ia yang waktu itu masih menjadi mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, menggandeng perajin kulit untuk memproduksi berbagai tas hasil desainnya.
Setiap produk tasnya dibuat secara hand-made untuk menjaga kualitas jahitan. Adinda juga menambahkan kain batik kawung di lapisan dalam tas kulitnya untuk menciptakan produk yang eksklusif.
Baca juga : Meningkatkan Kontribusi UMKM terhadap PDB Melalui Transformasi Digital
“Batik kawung dikenal sebagai batik eksklusif yang dulu hanya digunakan oleh kalangan sultan Yogyakarta dan menjadi salah satu motif batik tertua di Indonesia. Setiap produk Adisher leather diproduksi hand-made sehingga setiap satu produk berbeda dengan jahitan berkualitas,” kata Adinda, dikutip Sabtu (30/3).
Meski tidak didukung modal dari orang tua, Adinda memilih untuk membuktikan keberhasilan usahanya. Keputusannya meminta waktu dari orang tua untuk membuktikan potensi bisnisnya adalah langkah pertama dalam perjalanan yang penuh tantangan.
Setelah lulus kuliah pada 2012, Adinda memindahkan workshop dari Yogyakarta ke Jakarta di tahun 2014. Singkat cerita, ia kemudian membuka workshop baru dan lebih besar di Depok, Jawa Barat pada 2017.
Adinda berhasil mendapatkan pembeli pertama luar negeri dari LinkedIn. Awalnya, dirinya mencoba menawarkan produknya dengan posting katalog produk ke berbagai LinkedIn group internasional yang ada di LinkedIn.
“Postingan saya dibalas oleh pembeli dari Swiss yang tertarik membeli card holder untuk eventnya. Buyer membeli card holder untuk sampel dengan harga USD350,” kenangnya.
Menariknya kata dia, pembeli tersebut memberikan feedback dengan review sangat bagus dan bersaing dengan produk Eropa lainnya.
Baca juga : Enam Tahun Berkiprah, Modal Rakyat Salurkan Pembiayaan UMKM hingga Rp11,9 Triliun
“Walau buyer tidak jadi order untuk eventnya karena waktu pengiriman Indonesia menuju Swiss yang lama, feedback yang positif membuat saya percaya diri untuk melanjutkan bisnis,” katanya.
Ketekunan dan kecintaan Adinda terhadap fashion, dipadukan dengan fokusnya pada kualitas produk, mulai membuahkan hasil. Produk Adisher Leather mendapatkan banyak ulasan positif dari pembeli luar negeri.
Setelah Swiss, Adinda mendapatkan pesanan dari Belanda untuk 100 buah tas pinggang kulit untuk kebutuhan suvenir festival di Belanda.
Tembus Pasar Mancanegara
Pada 2018, Adinda mengikuti program Coaching Program for New Exporter (CPNE) untuk menambah pengetahuan dan wawasannya dalam bidang ekspor.
Program ini membantunya dalam mengikuti berbagai pelatihan ekspor dan menemukan buyer baru di berbagai business matching dan pameran seperti Trade Expo Indonesia (TEI) 2018. Program CPNE dari LPEI membuka peluang bisnis yang besar buat Adisher Leather.
Dengan didukung oleh 10 pekerja di workshop yang berlokasi di Depok, berbagai produk Adisher Leather telah menembus 10 negara, dengan pasar terbesar di Amerika Serikat, lalu diikuti oleh Australia, Selandia Baru, Singapura, Jepang, berbagai negara di Eropa, dan Brazil.
Untuk menjaga kualitas produk, Adhiser Leather hanya memproduksi 500 buah per setiap jenis produk perbulannya seperti tas kulit, dompet kulit dan aksesoris kulit lainnya.
Menurut Adinda, resep dari keberhasilan merintis Adisher Leather ini adalah ia selalu melakukan riset pasar dan desain yang mengikuti perkembangan zaman.
“Proses membuat tas ini tidak hanya sekedar memilih kain, menjahit dan membuat tas yang diinginkan. Namun kita juga harus melakukan riset pasar dan desain mengikuti tren yang sedang berkembang bahkan kita harus tahu juga warna apa nih yang lagi tren dari negara buyer kita,” ujar Adinda.
Adinda lebih menyukai pasar ekspor karena lebih menghargai orisinalitas dan kualitas produk tanpa perang harga.
“Pembeli untuk pasar ekspor tidak melihat harga menjadi yang utama, mereka lebih menyukai dapat menjadi partner bisnis dan diskusi untuk mengembangkan produk yang lebih baik lagi,” katanya.
Kisah sukses Adinda Sheila dan Adisher Leather merupakan bukti nyata bahwa dengan kegigihan, kualitas, dan strategi yang tepat, produk lokal Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.
“Semoga Adisher Leather dapat untuk terus berkarya dan membawa produk Indonesia berani mendunia,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama