Jakarta – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berencana akan menggelar right issue atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) pada semester II 2022. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo saat melakukan Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, (07/06).
Tiko mengungkapkan Bank BTN saat ini tengah membutuhkan tambahan permodalan. Pemerintah ingin menambah CAR (Capital Adequacy Ratio) BTN hingga mencapai 19%. “Dibutuhkan injection yang sudah disetujui dan melalui mekanisme right issue di triwulan III atau triwulan IV,” jelas Tiko pada paparannya.
Gayung bersambut meski belum ketok palu, rencana ini juga disetujui oleh Mufti Anam Anggota DPR Komisi VI dari Fraksi PDI Perjuangan. Ia mengungkapkan tambahan modal kepada Bank BTN akan mempermudah masyarakat dalam mengakses perumahan murah dan sekaligus meningkatkan pelayanan masyarakat.
“Maka saya sangat setuju bagaimana BTN ini minta berapa kalau perlu didukung agar backlog kita turun dan masyarakat bisa mengakses rumah dengan mudah dan murah,” ujarnya .
Wakil Ketua Komisi VI DPR, Aria Bima pun menambahkan, bahwa pihaknya akan mendalami aksi korporasi ini. “Komisi VI DPR RI menerima penjelasan dan untuk selanjutnya akan mendalami inisiatif corporate action, antara lain BTN akan menjual saham jenis saham dalam portepel dengan metode privatisasi rights issue sesuai dengan persetujuan PMN TA 2022 senilai Rp2,98 triliun dari cadangan investasi,” tambahnya.
Dalam rights issue ini pemerintah akan menyuntikan modal segera atau penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp2,98 triliun dan sisanya adalah dana dari investor pasar modal. Dengan skema ini maka kepemilikan pemerintah di BTN akan terjaga di 60% dan tidak terdilusi.
Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan penguatan permodalan terhadap BTN sebagai pemain utama dalam kredit properti harus dilakukan. Tanpa penguatan modal pada tahun ini, maka kinerja BTN tak akan optimal dalam menangkap peluang besar di sektor properti maupun mendukung program pemerintah.
“BTN adalah ujung tombak pemerintah dalam program penyediaan rumah rakyat khususnya bagi kelompok masyarakat menengah bawah, khususnya dalam melaksanakan program-program bantuan pembiayaan perumahan dari pemerintah. Untuk itu penguatan permodalan BTN memang dibutuhkan,” ucapnya
Hingga kuartal I-2022, BTN berhasil meraup laba bersih senilai Rp774 miliar, melonjak 23,89% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp625 miliar. Berdasarkan publikasi laporan keuangan Kuartal I-2022, bank yang fokus pada pembiayaan properti ini mencatatkan NIM sebesar 4,29%. Ini merupakan NIM tertinggi sejak 2019 lalu. Sebagai perbandingan, NIM BTN pada kuartal I-2021 tercatat hanya 3,31%.
Sejalan dengan peningkatan NIM, penyaluran kredit juga meningkat 6,04% menjadi Rp277,13 triliun, dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 261,34 triliun. Kombinasi dari peningkatan NIM dan ekspansi kredit menjadi dasar pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) BTN melesat 28,81% menjadi Rp3,57 triliun pada Kuartal I-2022, dibandingkan Rp2,77 triliun
BTN tampaknya lebih memilih tumbuh secara hati-hati, dengan fokus pada perbaikan kualitas kredit. Alhasil BTN berhasil menurunkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross dari 4,25% menjadi 3,6%. Sedangkan NPL nett sebesar 1,28%, turun dari posisi 1,94%.
Selain kredit, peningkatan NIM dan NII juga ditopang oleh perbaikan struktur biaya dana atau cost of fund yang turun 1,28% menjadi 2,41% dari setahun sebelumnya 3,69%. Hal ini didorong oleh peningkatan porsi dana murah (current account saving account/CASA) dari total DPK meningkat menjadi 44,15% dibandingkan setahun sebelumnya 38,2%. Sebaliknya, porsi deposito atau dana mahal turun menjadi 55,85% dari sebelumnya 61,8%.
Untuk memperbaiki biaya dana ini, BTN bahkan rela portofolio deposito turun 10,96%, dari Rp182,25 triliun pada Kuartal I-2021 menjadi Rp162,27 triliun pada Kuartal I-2022. Namun tabungan dan giro masih tumbuh positif. Tabungan tumbuh 10,49% menjadi Rp45,51 triliun, sementara giro tumbuh 15,78% menjadi Rp82,75 triliun.
Secara keseluruhan DPK yang dikelola BTN turun dari Rp 295,97 triliun per Maret 2021 menjadi Rp 290,53 triliun pada akhir Maret 2022. Kondisi ini membuat Loan to Deposit Ratio (LDR) BBTN naik menjadi 95,39%.
Hingga Kuartal I-2022, kredit perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir Maret 2022 mencapai Rp248,57 triliun. Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada kuartal I/2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp134,04 triliun tumbuh 9,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp122,96 triliun. Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 5,16% menjadi Rp84,28 triliun pada kuartal I-2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp80,14 triliun. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra