Dia mengaku, dana repatriasi yang masuk ke DBS hingga per akhir Desember 2016 diperkirakan kurang dari 10 persen Dana Pihak Ketiga (DPK). Bahkan, kata dia, dana repatriasi tersebut belum berkontribusi signifikan dalam portofolio wealth management DBS yang tumbuh 44 persen atau sebesar Rp13,1 triliiun. “Bukan, mayoritas wealth management kita bukan dari repatriasi,” tegasnya.
Baca juga: Perbankan Syariah Perlu Menjaga Momentum Pertumbuhan
Secara historis, lanjut dia, pertumbuhan wealth management rata-rata sebesar 35 persen setiap tahunnya. Di mana Wealth management menjadi kontribusi terbesar portofolio bisnis konsumer DBS. Segmen lainnya adalah Kredit Tanpa Agunan yang memiliki porsi 31 persen dan DPK sebesar 20 persen.
Pada 2016, bisnis konsumer DBS tumbuh 62 persen dalam setahunan. Pada tahun ini, DBS hanya mematok target pertumbuhan konsumer sebesar 18 persen karena mempertimbangkan masih adanya ketidakpastian dari ekonomi global, dan proses pemulihan ekonomi domestik. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More