Jakarta – Ekonom senior sekaligus Menteri Keuangan periode 2013-2014, Chatib Basri menyatakan bahwa dampak dari perang antara Hamas dan Isrel tak terlalu mengkhawatirkan bagi perekonomian domestik di tahun depan.
“Ini sesuatu yang kita tidak bisa prediksi adalah konflik antara Hamas dengan Israel, sejauh ini harga minyak terkontrol tapi kita tidak pernah tahu apakah ini akan terus berlangsung sejauh mana,” ujar Chatib dalam Seminar Outlook Perekonomian Indonesia baru-baru ini.
Baca juga: Chatib Basri Bocorkan Tanda-Tanda Ekonomi RI Mulai Melemah
Ia menilai kondisi fiskal Indonesia masih relatif kuat meskipun harga minyak diperoyeksi akan melonjak tinggi akibat perang.
“Defisit kita anggaran sampai dengan November relatif sangat kecil masih di 0,2 sekian. Artinya kalau toh harga minyak mengalami peningkatan sampai USD146 per barel rasanya pemerintah tidak akan pass on dampaknya kepada konsumen,” ungkapnya.
Lebih lanjut, tambah Chatib, melihat defisit yang masih sangat kecil tersebut, maka masih ada ruang fiskal untuk menyerap subsidi minyak di tahun 2024.
“Jadi ada ruang dalam fiskal untuk meng-absorb subsidi itu di tahun 2024 sehingga saya tidak terlalu khawatir sebenarnya dampak dari soal ini,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit cukup kecil yakni Rp35 triliun per 12 Desember 2023.
Baca juga: Kejar Target Ekonomi, Sri Mulyani Minta Perbankan Lakukan Ini di Tahun Politik
Menteri Keuangan, Sri Mulyani bilang angka tersebut setara dengan 0,17 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Sebelumnya, defisit APBN 2023 didesain Rp598,2 triliun atau 2,84 persen dari PDB, sebelum direvisi Perpres 75/2023 menjadi sebesar Rp479,9 triliun.
“Defisit kita hingga 12 Desember 2023 yang hanya Rp35 triliun atau 0,17 persen, jauh lebih kecil dari desain defisit awal yang sebesar Rp598,2triliun,” ujar Sri Mulyani dalam APBN KiTa. (*)
Editor: Galih Pratama